Author ::: Riska Junaini
Genre ::: Marriage, Romance, Sad
Lenght ::: Oneshoot
Rate ::: Teen
Cast ::: Park Chanyeol & Lee Ji Yoon (OC)
~~~
Author
POV
Chanyeol berjalan di sebuah taman yang sepi sembari
mendorong kursi roda yang diduduki oleh Ji Yoon. Kepala Ji Yoon masih dibalut
perban sehabis melakukan operasinya dua minggu yang lalu. “Oppa…” lirih Ji Yoon
pada suaminya itu. “Eumm…” jawab Chanyeol. “Berhenti disini! Aku ingin duduk
dibawah pohon ini” pinta Ji Yoon. Chanyeol menuruti kemauan sang istri kemudian
duduk di bangku yang ada tepat dibawah pohon itu. Ji Yoon menarik napasnya
dalam-dalam, merasakan segarnya udara di sekitarnya. Dua minggu berada di rumah
sakit tentu saja membuatnya bosan dan sangat merindukan suasana diluar.
“Sepertinya kau sangat senang berada disini” ucap Chanyeol. “Ne, aku sangat
senang karena kau menemaniku disini Oppa” ucap Ji Yoon. Sebuah senyuman merekah
di wajah Chanyeol. Ia menatap wajah istrinya yang tengah memejamkan mata
menikmati udara segar.
“Oppa, apa kau percaya keajaiban?” tanya Ji Yoon
yang sukses membuat Chanyeol tersadar. “Eoh, keajaiban?” tanya Chanyeol. Ji
Yoon menganggukan kepalanya kemudian menatap lekat manik mata Chanyeol. “Ne, Menurutku…Kau
adalah keajaiban Ji Yoon-ah” Chanyeol menggenggam kedua tangan Ji Yoon. Ji Yoon
termenung berusaha meresapi kalimat Chanyeol barusan. “Aku tidak mengerti,
kenapa kau menganggapku sebagai suatu keajaiban?” tanya Ji Yoon. “Selama aku
hidup, baru kali ini aku bertemu dengan yeoja yang sanggup menahan semua rasa
sakitnya sendirian, dan sanggup memendam perasaannya selama bertahun-tahun”
ucap Chanyeol dengan nada dan raut wajah serius. “Memendam perasaan?” lirih Ji
Yoon sembari menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap Chanyeol.
‘GREB’
Chanyeol memeluk tubuh mungil Ji Yoon. Ji Yoon
terkejut dan tidak bereaksi apapun. “Aku sudah tau semuanya…” bisik Chanyeol
tepat di telinga Ji Yoon. Ji Yoon berusaha menahan rasa gugupnya dan detakan
jantungnya yang mulai bekerja tidak normal karena Chanyeol memeluknya. “Pantas
saja kau memperhatikanku sangat serius ketika aku memakai sweater buatanmu. Kau
pasti senang melihatku memakainya kan?” bisik Chanyeol lagi dan kali ini dengan
senyuman yang mengembang. Ji Yoon hanya diam, sebuah senyuman juga mengembang
di wajah pucatnya. Ia senang karena pada akhirnya Chanyeol tau bahwa Ji
Yoon-lah orangnya. Orang yang selalu memberikannya cinta tanpa mengharapkan
balasan apapun. Chanyeol mengeratkan pelukannya pada Ji Yoon seolah tidak ingin
kehilangan yeoja itu.
“Tuhan, Terimakasih karena sudah memberiku
kesempatan untuk membahagiakannya” batin Chanyeol. “Tuhan, tidak bisakah kau
menghentikan waktu sekarang? Aku ingin ia selalu memelukku seperti ini agar aku
selalu bersamanya” batin Ji Yoon.
~~~
Ji Yoon berdiri di bawah pohon menatap jalanan
sekitar rumahnya yang mulai dipenuhi daun-daunan yang gugur dari pohonnya.
Musim gugur tiba. Cuaca yang dingin membuat yeoja itu harus mengenakan baju
berlapis dan juga mantel tebal agar tubuhnya tetap hangat. “Aku mencarimu di
rumah, ternyata kau disini. Apa yang sedang kau lakukan Ji Yoon-ah?” suara bass
namja itu membuyarkan lamunan Ji Yoon. “Eoh, kau sudah pulang?” tanya Ji Yoon
sebelum menjawab pertanyaan Chanyeol. Chanyeol mengangguk. Ji Yoon
memperhatikan Chanyeol dari kakinya hingga kepalanya. “Kau masih mengenakan
baju kantormu?” tanyanya lagi. “Ini karena aku mendapati kau tidak ada dirumah
jadi aku langsung mencarimu” jawab Chanyeol. “Oppa…Kau mengkhawatirkanku?”
tanya Ji Yoon. “Pfftt..” Chanyeol menghembuskan napasnya kasar kemudian menarik
Ji Yoon ke dalam pelukannya. “Aku takut kau pergi Ji Yoon-ah” lirih Chanyeol.
“Lain kali, beritahu aku kemana kau pergi jadi aku tidak sekhawatir ini” ucap
Chanyeol. “Ne…” jawab Ji Yoon.
Chanyeol melepaskan pelukannya namun tetap
merangkul Ji Yoon. “Kau belum menjawabku, apa yang kau lakukan disini?” tanya
Chanyeol. “Aku hanya ingin memastikan” jawab Ji Yoon. “Memastikan apa?” tanya
Chanyeol penasaran. “Tadi aku membaca sebuah novel. Di dalam novel itu
disebutkan bahwa musim gugur adalah awal sebuah kesedihan dan yeoja yang
menjadi tokoh utama dalam novel itu sangat tidak suka ketika musim gugur
datang. Menurutnya, ia sama seperti sebuah pohon dimana segala sesuatu yang
dimiliki pohon –Segala sesuatu yang dimiliki yeoja itu– itu akan hilang dan
berjatuhan ketika musim gugur” ucap Ji Yoon serius. “Lalu..?” tanya Chanyeol
yang merasa bahwa Ji Yoon belum menyelesaikan kalimatnya. “Umm, aku hanya ingin
merasakan bagaimana suasana saat musim gugur tiba. Dan menurutku, musim gugur
tidak seburuk yang ia katakan” ucap Ji Yoon.
Chanyeol terkekeh melihat raut wajah istrinya yang
seolah ingin protes terhadap sang penulis novel. Chanyeol mengacak pelan rambut
Ji Yoon. “Dengar! Musim gugur memang tidak seburuk apa yang dikatakan oleh sang
penulis. Mungkin ada sebagian orang yang memang tidak menyukai musim gugur,
tapi coba kita lihat dari sisi lainnya. Pohon itu memang kehilangan daunnya
saat musim gugur, tapi dengan keteguhan yang ia miliki ia masih dapat berdiri
kokoh dan daun-daun yang baru mulai bertumbuhan. Kehidupan baru pun datang
setelah ia berhasil melewati musim gugur” ucap Chanyeol. Ji Yoon menatap kagum
saat Chanyeol menjelaskan panjang lebar mengenai hal itu.
“Jadi, apa ada lagi yang mengganjal di hatimu
karena membaca novel itu?” tanya Chanyeol. “Sepertinya tidak ada” ucap Ji Yoon
sambil terkekeh. “Umm, lalu bagaimana akhir dari novel itu?” tanya Chanyeol bak
seorang dosen sastra yang tengah menginterogasi. “Eoh? Ah, yeoja itu salah! Ia
tidak sekuat pohon yang ia maksudkan” seru Ji Yoon saat mengingat bagian
terakhir dari novel yang ia baca. “Maksudmu, yeoja itu tidak berhasil melewati
rintangan yang ia hadapi?” tebak Chanyeol. Ji Yoon mengangguk cepat. “Novel itu
berakhir dengan sad ending” ucap Ji Yoon. Kali ini wajahnya berubah menjadi
lesu. “Yaa! Wae geurae?” tanya Chanyeol yang menyadari perubahan raut wajah Ji
Yoon yang tadinya semangat kini menjadi lesu. “Aku suka cerita sedih tapi aku
benci akhir yang menyedihkan” lirih Ji Yoon lesu. Chanyeol menyandarkan kepala
Ji Yoon di bahunya. “Sudahlah! Itu hanya novel” ucap Chanyeol sembari mengelus
puncak kepala Ji Yoon. Chanyeol menatap arloji yang melingkar manis di
pergelangan tangan kirinya –17.40 KST – “Sudah hampir malam, kajja kita pulang”
seru Chanyeol pada istrinya.
~~~
“Yeoboseyo”
“…”
“MWO?”
“…”
“Tapi–”
“…”
“Geurae, hanya dua minggu kan?”
“…”
“Ne, aku setuju”
“…”
“MWO?”
“…”
“Tapi–”
“…”
“Geurae, hanya dua minggu kan?”
“…”
“Ne, aku setuju”
Chanyeol melempar kasar ponselnya keatas ranjang.
Ia lalu mengacak rambutnya frustasi. “Oppa..Waeyo?” tanya Ji Yoon yang sedang
asik membaca novel di meja kerja suaminya. Matanya tetap fokus pada paragraf
demi paragraf dalam novel itu. “Hhhhhhhhhh” Chanyeol menghembuskan napasnya
kasar kemudian berjalan menghampiri Ji Yoon. Chanyeol terus menatap Ji Yoon
dengan tatapan yang sulit diartikan. Ji Yoon yang menyadari bahwa Chanyeol
tengah memperhatikannya kini menutup novelnya dan menatap Chanyeol. “Apa ada
masalah?” tanya Ji Yoon. Chanyeol masih diam dan kini ia mengalihkan
pandangannya. “Oppa..” lirih Ji Yoon.
“Aku akan pergi ke Jepang selama dua minggu. Ada
bisnis besar yang akan kutangani” Chanyeol mulai bersuara. Ia masih mengalihkan
pandangannya ke arah lain. Raut wajah Ji Yoon berubah begitu mendengar
perkataan Chanyeol. Ji Yoon diam. “Aku tau pasti reaksimu akan seperti ini”
ucap Chanyeol. Ji Yoon mengerjapkan matanya berusaha menahan air matanya.
‘GREB’
Lagi! Chanyeol memeluk Ji Yoon erat. Ia mencoba
menenangkan perasaan istrinya. “Ji Yoon-ah, apa kau marah padaku?” lirih
Chanyeol. Beberapa saat setelah mengatakan itu, belum ada jawaban dari Ji Yoon.
Yeoja itu masih terdiam seolah membeku. “Aku hanya pergi dua minggu, aku janji
aku akan selalu menelfonmu” ucap Chanyeol penuh keyakinan. Ji Yoon masih tak
bergeming. “Aku akan berangkat lusa” ucap Chanyeol kemudian melepaskan
pelukannya.
‘DEG’
Hati Chanyeol bergetar saat Ji Yoon menahan lengan
Chanyeol. “Aku akan mengizinkanmu pergi asalkan kau mau menuruti satu
permintaanku” ucap Ji Yoon dengan senyum yang dipaksakan. Chanyeol terkejut
melihat reaksi Ji Yoon. “Satu? Kau boleh meminta banyak Ji Yoon-ah” ucap
Chanyeol. “Aku hanya menginginkan satu hal” ucap Ji Yoon, kali ini dengan suara
lirih. “Apa?” tanya Chanyeol. “Temani aku ke Namsan Tower” ucap Ji Yoon
kemudian menatap Chanyeol dengan senyuman yang merekah, senyuman yang tulus
tanpa paksaan seperti beberapa saat yang lalu. Chanyeol tersenyum kemudian
mengangguk. Tatapan namja itu seolah mengatakan ‘Kuharap senyummu bukan sebuah
topeng Ji Yoon-ah’.
~~~
@Namsan Tower –13.00 KST–
“Kau lelah?” tanya Chanyeol pada Ji Yoon yang
tengah bersandar di bahunya. “Tidak, aku hanya tidak kuat karena cuaca musim
gugur sangat dingin” keluh Ji Yoon. Meskipun tubuh yeoja itu sudah dibalut
dengan baju berlapis-lapis tapi tetap saja ia merasa cuaca dingin ini sangat
menusuk kulit. “Oppa, ayo kita berkeliling-keliling lagi” Ji Yoon bangkit dari
duduknya sembari menarik lengan Chanyeol. Chanyeol ikut bangkit kemudian berjalan
di belakang Ji Yoon. “Kau mau kemana Ji Yoon-ah?” tanya Chanyeol saat Ji Yoon
berjalan menghampiri seorang ahjumma yang berjualan di sekitar Namsan.
“Ahjumma, aku beli dua gembok ini” ucap Ji Yoon seraya memberikan beberapa
lembar uang pada sang ahjumma. “Ne, gomawoyo. Semoga kau dan pasanganmu
bahagia” ucap sang ahjumma yang dibalas senyuman oleh Ji Yoon.
“Kau ingin menggembok nama kita dan menguncinya
disini?” tanya Chanyeol. “Ne, sama seperti yang dilakukan oleh banyak pasangan”
jawab Ji Yoon yang tengah sibuk menulis harapannya. “Apa kau sudah siap
menulisnya?” Ji Yoon melirik Chanyeol yang masih diam. “Kenapa kita harus
mengikuti mereka? Bukankah ini kekanak-kanakan” protes Chanyeol sembari
memanyunkan bibirnya. “Kau tulis saja apa harapanmu lalu kita letakkan disana”
ucap Ji Yoon sembari memaksa Chanyeol untuk menulis. Chanyeol mulai menulis.
Beberapa kali Ji Yoon melirik ke arah Chanyeol untuk mengintip tulisannya tapi
Chanyeol menghalanginya. “Aishh” gerutu Ji Yoon. “Aku kan hanya ingin tau apa
harapanmu” gumam Ji Yoon.
“Selesai” ucap Chanyeol kemudian segera berlari
menuju kumpulan gembok cinta. “Yaa! Oppa chankamman” teriak Ji Yoon kemudian
ikut berlari menyusul Chanyeol. “Kita harus menggemboknya berdampingan” ucap Ji
Yoon. “Kalau begitu biar aku yang menguncinya” balas Chanyeol. “Aku saja” ucap
Ji Yoon. “Aku” balas Chanyeol tak mau kalah. “Yaa! Kenapa kau tidak
mengizinkanku melihat tulisanmu?” protes Ji Yoon saat ia hendak merampas gembok
milik Chanyeol. “Ini rahasia” ucap Chanyeol kemudian merampas gembok milik Ji
Yoon.
“Oppa! Kembalikan! Itu milikku! Itu rahasia” Ji
Yoon meloncat-loncat berusaha meraih gembok miliknya yang berada di tangan
Chanyeol namun hasilnya nihil. Tubuh namja itu terlalu jangkung baginya.
“Selalu
bersama Park Chanyeol” ucap Chanyeol saat membaca
tulisan di gembok milik Ji Yoon. Chanyeol membulatkan matanya dan terdiam. Ji
Yoon heran melihat Chanyeol yang tiba-tiba terdiam. “Waeyo Oppa? Apa
permintaanku salah?” Ji Yoon tampak cemas. Chanyeol menggeleng cepat. “Kita
menuliskan hal yang sama” lirih Chanyeol kemudian menatap manik mata Ji Yoon.
Chanyeol memberikan gembok miliknya pada Ji Yoon. “Selalu bersama Lee Ji Yoon” Ji Yoon membulatkan matanya saat
melihat tulisan Chanyeol.
Chanyeol dan Ji Yoon tersenyum satu sama lain
kemudian mengunci gembok mereka di pagar yang sudah penuh oleh ratusan gembok
lain. “Kita buang kuncinya bersama-sama” ucap Ji Yoon yang dibalas anggukan
oleh Chanyeol.
“Hana..Dul..Set..”
“Hana..Dul..Set..”
‘PLUNG’
Kedua kunci itu jatuh kedalam laut yang mengitari
Namsan Tower. Chanyeol menarik lengan Ji Yoon kemudian berlari. “Yaa! Oppa!
Jangan berlari” keluh Ji Yoon. “Kau mau kemana?” tanya Ji Yoon. “Aku ingin naik
ke puncak menara” ucap Chanyeol kemudian merangkul Ji Yoon yang tampak lelah
karena berlari.
******
“Waahh, aku tidak tau kalau Korea sangat indah jika
dilihat dari atas” ucap Ji Yoon takjub saat melihat pemandangan dari atas
menara Namsan. Chanyeol melirik yeoja yang berdiri disampingnya kemudian
tersenyum. “Kau suka?” lirih Chanyeol. Ji Yoon mengangguk. “Oppa, gomawoyo kau
mau menemaniku kesini” lirih Ji Yoon hingga beberapa saat kemudian ia memeluk
namja jangkung itu. Chanyeol membalas pelukan istrinya kemudian mengecup puncak
kepala Ji Yoon. Beberapa pengunjung lain melirik mereka dengan tatapan
‘pasangan yang romantis’. Ji Yoon yang merasa tidak nyaman karena diperhatikan
kemudian melepaskan pelukannya. Namun, namja jangkung itu menahannya dan
berbisik “Tetaplah seperti ini”.
~~~
“Selama kau disana, berhati-hatilah dan makanlah
yang banyak juga istirahat yang cukup” pesan Ji Yoon pada sang suami. “Ne
Nyonya Park” jawab Chanyeol. “Kau juga harus makan yang banyak dan jangan pergi
sendirian. Jika kau ingin pergi ke suatu tempat, kau harus menungguku pulang
supaya kita bisa pergi bersama. Arra?” pesan Chanyeol sembari mengacak pelan
rambut Ji Yoon. Ji Yoon mengangguk. “Kau tampak pucat. Istirahat yang cukup ne,
sepertinya kau lelah karena kemarin kita berjalan-jalan seharian” pesan
Chanyeol lagi dan lagi-lagi Ji Yoon hanya mengangguk. “Oppa pergi. Annyeong”
pamit Chanyeol kemudian langsung masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak ingin
berlama-lama melihat Ji Yoon, itu hanya akan membuatnya sedih dan merasa tidak
tega meninggalkannya sendirian dirumah. Ji Yoon terus memperhatikan mobil
suaminya yang semakin menjauh kemudian ia tersenyum.
Ji Yoon melangkah masuk ke dalam rumah kemudian
duduk di sofa ruang tamu dan menyalakan TV. “Arrghh! Kenapa kepalaku
berdenyut?” rintihnya sambil memegangi kepalanya berharap rasa sakit itu akan
hilang. Pandangannya mulai kabur saat ia hendak berdiri mencari obat sakit
kepala. “Ada apa denganku?” rintihnya lagi. Kali ini denyutan di kepalanya
semakin menusuk.
‘BRAKK’
Ji Yoon menyenggol sebuah vas bunga. Vas itu pecah
berserakan dan Ji Yoon jatuh terduduk di lantai. “ARGH! Kepalaku” rintih Ji
Yoon sebelum semuanya menjadi gelap.
~~~
“Eonni, aku hanya pusing biasa kan?” tanya Ji Yoon
cemas. Sang dokter masih sibuk memperhatikan lembaran-lembaran yang ada di
mejanya dan sesekali menarik napas panjang. Soyoung menatap sendu
yeoja yang ada di hadapannya. “Ji Yoon-ah…” lirih sang dokter. Hati Ji Yoon
mulai cemas, ada firasat buruk di hatinya yang membuatnya tidak nyaman. Ia
menunggu Soyou g mengatakan yang sebenarnya padanya. “Sebagai seorang dokter, aku
sudah disumpah untuk menyampaikan apapun baik itu berita baik maupun berita
buruk pada pasien” ucap sang dokter. “Kuharap kau bisa menerima kenyataan ini”
lanjut sang dokter.
“Ji Yoon-ah, operasi otakmu ternyata gagal. Ini
tepat seminggu setelah kau operasi dan ternyata perkembangan otakmu menurun.
Mianhae Ji Yoon-ah.. Aku tidak bekerja dengan benar untuk menyelamatkanmu”
Soyoung memeluk Ji Yoon dan menangis sambil berusaha mengatakan semuanya.
‘DEG’
Jantung Ji Yoon terasa mati saat itu juga. Seperti
ribuan jarum yang tengah menusuk hatinya. Sakit! Sangat sakit bahkan! Kenapa
Tuhan harus merebut kebahagiannya lagi. Kali ini Ji Yoon tidak punya kesempatan
selain menunggu waktunya tiba. Menunggu sang malaikat maut menjemputnya dan
membawanya pergi dari dunia yang dipenuhi kesenangan sesaat ini. “Eonni, jangan
beritahu Chanyeol tentang ini” lirih Ji Yoon. Soyoung berhenti menangis dan
membulatkan matanya saat mendengar ucapan Ji Yoon. “Aku tidak sanggup
melihatnya ataupun mendengar suaranya sekarang. Biarkan aku pergi dengan
tenang” lirih Ji Yoon terisak.
“Ji Yoonie, kau..jadi kau..akan pergi” suara
seorang namja muncul dari arah pintu masuk. Ji Yoon terkejut dan dengan segera
menghapus air matanya. “Se..Sehunie..?” lirih Ji Yoon saat melihat Sehun yang
tengah mematung di ambang pintu. “Sehun yang mengantarkanmu ke rumah sakit
karena itu ia ada disini” Soyoung berusaha menjelaskan pada Ji Yoon mengenai
keberadaan Sehun.
“Kumohon jangan beritahu Chanyeol Sehunie” Ji Yoon
juga meminta hal yang sama pada Sehun. Sehun diam, ia belum bisa menerima kenyataan
bahwa salah satu sahabat terbaiknya akan pergi. “Kau selalu menanggung semuanya
sendirian” lirih Sehun. “Kumohon! Jangan beritahu pada Chanyeol” ucap Ji Yoon
lagi dan kali ini dengan isakan yang luar biasa. Ji Yoon menangis, ia masih
mengingat kalimat Chanyeol sebelum Chanyeol pergi.
“Kau
juga harus makan yang banyak dan jangan pergi sendirian. Jika kau ingin pergi
ke suatu tempat, kau harus menungguku pulang supaya kita bisa pergi bersama.
Arra?”
Tidak! Tidak mungkin ia akan pergi meninggalkan
dunia ini bersama Chanyeol, meskipun Chanyeol berjanji akan menemaninya.
Chanyeol harus tetap bahagia di dunia maka Ji Yoon pun akan ikut bahagia di
dunianya nanti.
~~~
2 Minggu Kemudian
Ji Yoon beranjak dari ranjang rumah sakit kemudian
berjalan menuju jendela rumah sakit. Ia menatap suasana luar melalui jendela
rumah sakit. Dedaunan yang berguguran semakin banyak, menutupi jalanan sekitar.
Suasana dingin pun sangat menusuk kulitnya. Wajah yeoja itu pucat pasi dan
kakinya yang gemetar. Ji Yoon menghembuskan napasnya pada jendela rumah sakit
kemudian dengan pelan ia menuliskan namanya dan nama suaminya. “Aku benci musim
gugur” gumam Ji Yoon. Bulir-bulir bening mulai menetes di pelupuk matanya.
‘BRUK’
Ji Yoon tersungkur begitu saja. tubuhnya seolah
lumpuh seketika namun ia memaksakan tangannya untuk bergerak meraih ponsel di
ranjangnya. “Kumohon! aku ingin mendengar suaranya untuk yang terakhir kalinya”
gumam Ji Yoon. Tangan kakunya berhasil meraih ponsel di ranjangnya. Dengan segera
ia menelpon suaminya.
“Yeoboseyo..”
“…”
“Oppa…”
“…”
“Bogoshipge ttaemune..”
“…”
“Aku baik-baik saja. Aku hanya sedang batuk karena itu suaraku parau”
“…”
“Oppa…”
“…”
“Bogoshipge ttaemune..”
“…”
“Aku baik-baik saja. Aku hanya sedang batuk karena itu suaraku parau”
Ji Yoon berusaha sekuat tenaga agar ia tidak
menangis terisak saat berbicara dengan Chanyeol. Chanyeol tidak tau apa-apa
mengenai kegagalan operasinya. Ada perasaan aneh di hatinya sekarang. Chanyeol
tidak tau bahwa Ji Yoon tengah sekarat.
“Apa
kau baik-baik saja Oppa? Suaramu terdengar berbeda”
“…”
“Gwaechana, yang penting kau pulang sekarang”
“…”
“Oppa…”
“…”
“Gomawo~”
“…”
“Gwaechana, yang penting kau pulang sekarang”
“…”
“Oppa…”
“…”
“Gomawo~”
‘Tuuutt Tuuuutt Tuuuutt’
Tubuh Ji Yoon terkulai dilantai. Deru napasnya
perlahan hilang dan mata bulatnya mulai terpejam.
~~~
Chanyeol melajukan mobilnya dengan kecepatan
tinggi. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan istrinya. Kerinduannya pada
sang istri sudah sangat membuncah. Chanyeol menatap layar ponselnya. Wajah Ji
Yoon ia jadikan sebagai wallpaper ponselnya. Ia menggenggam ponselnya dan terus
menatap wajah Ji Yoon, hingga tanpa sadar ia sudah masuk di jalur yang
berlawanan.
‘BRUUKK’
Tubuh Chanyeol terlempar ke sisi kanan jalan sejauh
dua meter dari mobilnya. Namja itu tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya.
“drrttt..drrttt..” ponsel yang masih berada di genggaman tangannya bergetar.
Tertera nama Ji Yoon disana. Seketika namja itu menangis. Tanpa pikir panjang
Chanyeol segera mengangkat panggilan dari sang istri. Chanyeol dengan sisa
kekuatannya berusaha menahan sakit yang luar biasa agar Ji Yoon tidak merasa
ada hal yang aneh pada dirinya. Ia ingin mendengar suara yeoja yang ia cintai
untuk terakhir kalinya. Chanyeol pasrah jika ia dan Ji Yoon harus dipisahkan
oleh maut tapi ia ingin mendengar suara istrinya untuk yang terakhir kalinya.
Ia berharap Tuhan memberinya kesempatan.
“…”
“Yeoboseyo Ji Yoon-ah..”
“…”
“Ne, bagaimana kabarmu? Kenapa suaramu terdengar parau?”
“…”
“Yeoboseyo Ji Yoon-ah..”
“…”
“Ne, bagaimana kabarmu? Kenapa suaramu terdengar parau?”
“…”
Chanyeol justru khawatir karena mendengar suara Ji
Yoon yang parau. Disaat ia sedang sekarat seperti ini ia masih mengkhawatirkan
keadaan sang istri. Chanyeol tidak tau kenapa? Tapi, ada perasaan yang aneh di
hatinya sekarang.
“…”
“Oppa baik-baik saja. Maaf karena Oppa tidak pernah menelponmu selama di Jepang. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Jeongmal mianhae Ji Yoon-ah..”
“…”
“Saranghae Ji Yoon-ah..”
“…”
“Gomawo karena kau selalu memaafkan semua kesalahanku..”
“…”
“Gomawo~”
“Oppa baik-baik saja. Maaf karena Oppa tidak pernah menelponmu selama di Jepang. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Jeongmal mianhae Ji Yoon-ah..”
“…”
“Saranghae Ji Yoon-ah..”
“…”
“Gomawo karena kau selalu memaafkan semua kesalahanku..”
“…”
“Gomawo~”
‘Tuuutt Tuuuutt Tuuuutt’
Ponsel yang berada di genggaman Chanyeol terlepas
dari genggamannya. Darah segar yang mengalir di pelipisnya masih terus
mengucur. Deru napas namja itu perlahan hilang dan matanya mulai terpejam.
-FIN-
KEREEEEEN THOOORRR!!! SUKA BANGET AMA FFNYA THOR:3
BalasHapusSad ending tapi keren thor xD
Lanjutkan karyamu thor :3
hehe, thank you say, sebenernya author gak suka sad ending makanya endingnya jadi begini, thanks jejaknya say ^^
BalasHapus