Rabu, 04 Desember 2013

Happy Birthday Park Chanyeol


Author ::: Riska Junaini
Genre ::: Angst
Lenght ::: Oneshoot
Rate ::: Teen
Cast ::: Park Chanyeol & Lee Ji Yoon (OC)

“Meskipun kau tidak pernah mendengarku, tapi aku akan tetap mengatakannya. Bahwa kelahiranmu di dunia ini telah membuat hidupku dipenuhi cinta meskipun kita tidak pernah bersama. Happy birthday Park Chanyeol.”

ʚɞ Ji Yoon POV ʚɞ
“BRUK”
Kuletakkan dengan kasar tumpukan buku-buku yang ada di tanganku keatas meja sehingga menimbulkan suara yang cukup menganggu bagi para pengunjung perpustakaan lain. Aku membantingnya bukan disengaja, tapi karena buku-buku itu sangat tebal dan lenganku benar-benar pegal. Aku tersenyum kecut pada Mahasiswa lainnya yang juga sedang mengerjakan tugas di perpustakaan. Aku membungkukkan tubuhku kemudian mengatakan maaf dengan suara berbisik agar suasana perpustakaan tetap hening. Aku duduk dan segera mengerjakan tugas-tugasku yang akan dikumpulkan dua hari lagi. Aku merogoh tasku mencari ponsel untuk melihat kalender. Aku ingin memastikan apa semua tugasku bisa selesai dalam waktu dua hari. “Hari ini tanggal 25, dan tugas akan dikumpulkan tanggal 27. Eum… sepertinya aku punya banyak waktu kosong jadi aku pasti bisa menyelesaikan semuanya” gumamku kemudian meletakkan ponselku diatas meja. Aku mulai membuka halaman-halaman tebal itu untuk mencari materi yang berkaitan dengan tugasku. Namun, dengan segera aku menghentikan aktivitasku dan menerawang mengingat sesuatu. “27 November” gumamku lirih dengan pikiran menerawang. Aku kembali mengambil ponselku dan kembali melihat kalender. “Benar! 27 November” ucapku dengan nada tak percaya. Mood belajarku seketika hilang mengingat tanggal itu. Tanggal yang memiliki dua makna bagiku. Tanggal yang membuatku merasa senang tapi disatu sisi aku benci tanggal itu. Aku berusaha mengabaikan semua pikiranku mengenai 27 November dan kembali mengerjakan tugasku. “Tugas ini lebih penting daripada 27 November” gumamku.

******

Aku duduk di halte menunggu bis berhenti. Musim dingin sedang menyelimuti Korea membuat suasana sore ini benar-benar dingin menusuk kulit. Beberapa orang berlalu lalang dengan menggunakan mantel tebal dan sarung tangan. Salju sudah menutupi sebagian besar jalanan di sekitar Universitas Kyunghee. Pandanganku menatap lurus kearah tumpukan salju putih di taman dekat Universitas Kyunghee yang sengaja dikumpulkan oleh anak-anak kecil yang sedang bermain ditengah hujan salju yang tidak terlalu deras. Sepertinya mereka sangat senang bermain salju. Mereka tidak peduli dengan dinginnya salju yang jatuh di permukaan kulit wajah mereka. Mereka tetap tertawa bersama dan membuat gumpalan-gumpalan dari salju kemudian melemparkannya satu sama lain. Untuk yeoja berumur 20 tahun sepertiku, salju bukanlah benda menyenangkan seperti anggapan anak-anak kecil itu. Salju tetaplah salju. Salju yang hanya bertahan sebentar ketika kau mengenggamnya. Ia hanya datang disaat tertentu yang sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Ia tidak abadi. Meskipun kau membuatnya menjadi gumpalan besar, ia tetap akan mencair dan tidak akan kembali menjadi salju yang putih dan dingin. Salju itu tetap tidak akan kembali.
Aku tersadar dari lamunanku saat kulihat orang-orang sudah masuk kedalam bis yang entah sejak kapan sudah berhenti di halte ini. Aku menenteng buku-bukuku kemudian masuk kedalam bis. Aku duduk di kursi bagian kanan bis sehingga aku bisa leluasa melihat suasana jalan dari kaca bis. Seorang ahjumma kemudian duduk disampingku dan tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan senyuman simpulku kemudian kembali menatap hujan salju melalui kaca bis. Perlahan ujung-ujung bibirku tertarik dan menampakkan sebuah senyuman.

Flashback On
Dengan sigap aku dan Jihyun –Sahabatku– masuk kedalam bis dan duduk di kursi bagian kanan bis. Aku sengaja duduk di kaca bis agar aku bisa melihat salju. Kuhembuskan napasku ke kaca bis yang membuatnya menjadi buram kemudian jari telunjukku dengan lihainya menulis nama seseorang disana. Aku menatap ukiran nama itu dan tersenyum. “Salju sedang turun, kuharap kau tidak lupa mengenakan mantel” gumamku sembari menulis namaku dibawah ukiran pertama. “Ternyata lebih indah jika nama kita bersama” gumamku lagi. Jihyun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kekananakanku. “Kau selalu melakukan itu saat musim dingin tiba. Apa kau tidak bosan?” tanya Jihyun. Aku menoleh padanya dan menggelengkan kepalaku. “Apa kau juga ingin aku mengukir namamu dan Baekhyun? Baiklah, aku akan mengukirnya tapi di kaca yang lain ne karena kaca ini adalah milikku dan Chanyeol” jawabku. Jihyun menghembuskan napasnya di kaca kemudian mengukir sesuatu disana.
“Chanyeol jelek! Baekhyun tampan!”
Aku memelototkan mataku melihat tulisannya dan mendengus kesal. Aku mengalihkan pandanganku dari Jihyun dengan raut wajah kesal. “Yaa Ji Yoon-ah, kau marah?” tanya Jihyun tapi aku tidak menjawabnya. “Aigoo, aku hanya bercanda” ucap Jihyun berusaha membujukku. Aku masih tidak menggubrisnya. “Baiklah, aku akan mengganti kalimatnya” ucap Jihyun kemudian hendak menghapus tulisan tadi. “Ani!” cegahku. “Waeyo? Bukankah kau tidak suka jika Chanyeolmu disebut jelek?” tanyanya dengan ekspresi bingung atas sikapku. “Hihi, aku tidak mau kau menyebutnya Chanyeol tampan” ucapku sambil tersenyum seperti orang bodoh. “Dasar aneh” gumam Jihyun sambil mendorong kepalaku dengan telunjuknya.
Flashback Off

Kuhembuskan napasku ke kaca bis sama seperti yang kulakukan dua tahun lalu. Jariku mulai menulis sesuatu disana. Ada rasa pedih dan sesak yang muncul tapi aku menahannya. Mataku menatap sendu tulisan yang telah kubuat. Kutarik napasku dalam-dalam dan kuseka air mataku yang entah sejak kapan sudah mengalir di pipiku.
“I Miss You”
Chanyeol-ssi, kau tidak tau bagaimana aku merindukanmu disini. Kau tidak tau bagaimana rasanya menjadi diriku. Kau pergi tanpa memberiku kesempatan untuk mengungkapkan semuanya. Waktu berjalan semakin cepat semenjak kau pergi. Aku seperti orang bodoh yang duduk setia menunggumu padahal kau tidak akan pernah datang untukku. Dan bodohnya lagi, aku melakukannya sejak dulu. Sejak dulu aku selalu menunggumu. Menunggu kau datang menghampiriku dan mengajakku berjalan bersama di bawah dinginnya hujan salju. Berharap kau menemuiku sama seperti mengharapkan salju turun di musim panas. Sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi.

******

“Ji Yoon-ah, ada seseorang yang mencarimu diluar” ucap Seung Gi Oppa –Oppaku– yang sepertinya berdiri di depan pintu kamarku. Sedari tadi aku hanya merebahkan tubuhku diranjang sambil mendengarkan musik menggunakan earphone. Aku bangkit dari ranjangku kemudian berjalan membuka pintu kamarku. “Siapa yang mencariku Oppa?” tanyaku. “Mollayo… Seorang yeoja yang sepertinya berumur sekitar 25 tahun. Ia membawa sebuah kotak untukmu” jelas Seung Gi Oppa yang membuatku semakin penasaran. Aku kemudian berjalan menuju ruang tamu untuk menemui orang itu. “Annyeong haseyo…” sapanya padaku dengan penuh keramahan saat aku tiba di ruang tamu.
 “DEG”
Mataku seketika membulat melihat wajah yeoja itu. Ia sangat mirip dengan seseorang. Kenapa hatiku terasa sesak saat melihat wajah ini. Wajah yang tiba-tiba muncul di hadapanku yang kini membuat perasaanku bercampur aduk. Ia sangat mirip dengan Chanyeol. “Park Yoora imnida” ucap yeoja itu padaku masih dengan senyuman persahabatannya. “Lee Ji Yoon imnida” balasku dengan suara yang sedikit bergetar. “Ada perlu apa eonni mencariku?” tanyaku kemudian mempersilakan Yoora eonni untuk duduk. “Sebelumnya, aku ingin memberitahumu bahwa aku adalah Noona dari Park Chanyeol” jelas Yoora eonni yang sukses membuat jantungku bekerja dengan tidak normal. Nama itu, aku kembali mendengarnya. Dan yang paling membuatku terkejut adalah untuk apa Noona dari seorang Park Chanyeol mencariku? Menyadari bahwa aku dan Chanyeol tidak akrab sama sekali meskipun berada di sekolah yang sama saat SMA. “Oh, pantas saja eonni sangat mirip dengannya” ucapku dengan nada bicara yang kubuat senormal mungkin. Aku melihat sebuah kotak besar yang ada disampingnya. “Kau Lee Ji Yoon lulusan SMA SOPA yang pernah duduk dikelas XI-A kan?” tanya Yoora eonni seperti memastikan. Aku mengangguk dan kini kepalaku dipenuhi ribuan pertanyaan. “Kurasa, barang-barang ini untukmu tapi Chanyeol belum sempat memberikannya” ucap Yoora eonni kemudian menyodorkan kotak besar itu padaku yang aku tidak tau apa isinya. Aku menerimanya dengan ragu-ragu dan menatap kotak itu secara teliti. “Tenanglah, tidak ada barang berbahaya di dalamnya. Baiklah, aku datang hanya untuk menyampaikan pesan Chanyeol untukmu. Aku pergi dulu Ji Yoon-ssi” ucap Yoora eonni berpamitan kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tamu rumahku.

Karena rasa penasaranku yang begitu besar, dengan segera aku berdiri dari dudukku dan menyusul Yoora eonni sebelum ia jauh. “Eonni chankammaneyo!” teriakku yang sukses membuat yeoja itu berhenti. Raut wajahnya tidak seceria tadi. Raut wajahnya yang sekarang tampak seperti seseorang yang sedih karena sesuatu meskipun ia menutupinya dengan senyuman palsunya. “Sebenarnya ada apa dengan barang-barang itu? Kenapa itu untukku? Aku dan Chanyeol bahkan tidak akrab sama sekali, kurasa itu untuk orang lain” ucapku penuh penekanan disetiap kata-kataku. “Jika kau tidak percaya, kau bisa melihatnya sendiri Ji Yoon-ssi” lirih Yoora eonni kemudian melanjutkan langkahnya. Aku terdiam ditempatku. Berusaha memahami semua ini. Otakku berusaha berpikir logis tapi percuma, semuanya tidak bisa terjawab sebelum aku melihat sendiri apa yang ada dalam kotak itu.

******

Rabu, 20 November 2011
Seminggu sebelum hari ulang tahunku tiba. Aku tidak bisa memastikan apakah aku masih bisa merayakannya atau tidak. Aku benar-benar kehilangan seluruh semangat hidupku sekarang. Aku tau ini salah. Seorang Park Chanyeol harusnya hidup dengan senyuman yang selalu mengembang di wajahnya.
Ya! harusnya aku tetap hidup dengan penuh semangat tanpa memedulikan vonis dari dokter Kim. Aku seharusnya menghabiskan waktuku untuk membuat kenangan indah bersamanya tapi aku terlalu pengecut untuk mendekatinya.
Hari ini hujan salju cukup deras. Aku ingin naik bis dan mencari ukiran namaku dikaca bis tapi Eomma dan dokter Kim tidak mengizinkanku keluar. Ini menyebalkan dan membosankan! Mereka tidak tau bahwa aku sangat menyukai musim dingin! Musim dingin adalah musim yang paling kunantikan. Karena di musim dinginlah aku bisa menemukan ukiran namaku yang ia tulis dengan jari mungilnya. Ia selalu melakukan hal itu untukku. Aku senang tapi aku tidak menunjukkan perasaan itu di depannya. Aku tidak ingin dia mengetahui isi hatiku yang sebenarnya karena itu akan membuatnya semakin terluka. Yaa! Terluka…karena aku sudah mengungkapkan sebuah fakta yang sangat ia nantikan tapi pada akhirnya dia harus menjalani hidupnya sendiri. Aku tidak mau ia semakin merasa kehilangan.
Aku tau bahwa yeoja itu menyukaiku, ia sangat menyukaiku dan hanya boleh menyukaiku selama aku masih di dunia ini. Yeoja itu selalu datang setiap aku dan timku sedang bertanding basket. Beberapa kali aku menangkap basah dirinya saat sedang memperhatikanku tapi ia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain. Wajah gugupnya saat itu benar-benar lucu. Ia berusaha menyembunyikan perasaannya, tidak seperti yeoja lain yang secara terang-terangan mendekatiku hingga aku sendiri merasa risih. Ia tidak tau bahwa aku sering mengikutinya diam-diam. Kurasa aku sudah seperti sasaeng fansnya hihi :D
Satu hal yang tidak akan pernah kulupakan…
Hari dimana aku melindunginya untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Baekhyun mengoper bola basket ke arah Sehun tapi bola itu menuju ke arah yang salah. Dengan cepat aku berlari untuk menangkap bola itu sebelum bola besar itu mengenai kepala yeojaku. Dan ya! aku berhasil menangkap bolanya. Aku senang bisa melindunginya hari itu meskipun hanya hal kecil yang ia mungkin tidak menyadarinya.
Lee Ji Yoon…
Lee Ji Yoon…
Lee Ji Yoon…
Lee Ji Yoon…
Dialah yeoja yang menjadi tokoh utama dalam tulisanku ini. Dia yeoja yang berhasil membuatku penasaran dan akhirnya aku menyukainya. Tapi, cerita ini tidak akan berakhir dengan indah karena aku tidak bisa menemaninya seperti di akhir drama-drama romantis dimana para tokoh utama bersatu dengan cintanya dan memulai hidup baru yang menyenangkan.
Aku ingin kau selalu mengingat kata-kataku ini Ji Yoon-ah.
“Tidak peduli seberapa sulit hidupmu, kau akan terus tersenyum meskipun seperti seorang yang idiot, karena aku tidak suka melihatmu murung”
Lee Ji Yoon, maaf aku hanya bisa menulis cerita singkat seperti ini. Penyakit ini benar-benar membuatku cepat lelah. Saat salju turun tahun depan, kuharap kau masih menulis namaku di kaca bis dan kau akan terus melakukannya setiap musim dingin tiba. Saranghaeyo Ji Yoon-ah ~(^^)~

******

ʚɞ Author POV ʚɞ
Ji Yoon berbaring lesu di ranjangnya yang berukuran sedang. Sebuah selimut tebal berwarna biru muda menutupi tubuhnya. Wajahnya tidak berekspresi dan matanya sembab. Ia memeluk sebuah buku berwarna coklat muda yang tampak sepeti barang yang sudah tidak tersentuh selama berbulan-bulan. Matanya menatap lurus ke arah jendela kamarnya yang sengaja ia buka. Ia tidak memedulikan dinginnya hawa yang masuk ke kamarnya. Tatapan matanya kosong seolah jiwanya sedang melayang entah kemana. “Chan…Yeol…” lirih Ji Yoon. Sangat lirih seperti hembusan angin. Ji Yoon membuka buku yang ada di pelukannya. Matanya berkaca-kaca hanya karena melihat buku itu.
“Lee Ji Yoon adalah yeoja yang menjadi model di setiap fotoku”
Sebuah Kristal bening sukses meluncur di pipi kanan Ji Yoon saat membuka halaman pertama buku coklat muda itu. Disitu terpampang fotonya saat sedang duduk di perpustakaan sambil membaca novel. Tubuhnya bergetar menahan tangis melihat betapa indahnya Chanyeol membuat sesuatu seperti ini untuknya.
“Ia terlihat sangat tenang saat sedang tidur”
Satu lagi bulir-bulir bening meluncur dari pipi Ji Yoon. Ia menatap fotonya yang tengah tertidur di perpustakaan. Isakan Ji Yoon semakin jelas terdengar. Tangan mungilnya membalik lembar berikutnya pada buku itu.
“Dia datang ke pertandingan basketku. Aku mengambil foto ini waktu istirahat pertandingan. Bukankah ia lucu ketika mempoutkan bibirnya seperti ini ^^ sepertinya ia kesal karena babak pertama timku kalah”
Bulir-bulir bening itu jatuh tepat diatas fotonya. Foto saat ia tengah mempoutkan bibirnya.

“CUKUP! Aku tidak mau melanjutkan ini! Aku tidak mau mengetahui isi hatimu lagi Park Chanyeol! Aku benci padamu! Aku benci padamu!!” teriak Ji Yoon dengan air mata yang masih meluncur deras di pipinya yang sekarang sudah memerah.
“Hikss…”
tangan Ji Yoon bergetar hebat dan tangisannya yang tidak bisa ia bendung pecah memenuhi kamarnya yang berukuran sedang. “Aku tidak mau menangisimu seperti dua tahun lalu! aku tidak sanggup Chanyeol-ssi” lirih Ji Yoon dengan suaranya yang sangat parau. Ia duduk meringkuk di lantai dan bersandar pada sisi ranjang sembari meremas kuat selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Yeoja itu menangis meluapkan semua perasaannya. Hawa dingin yang masuk melalui jendela kamarnya membuat tubuhnya makin bergetar.
“Drrttt…Drrttt…”
Ponsel milik Ji Yoon bergetar. Yeoja itu terdiam sejenak dari tangisnya kemudian menatap takut ke arah meja nakas –dimana ponselnya berada–. “ANDWAE! ANDWAEEEE!” teriaknya tak karuan. Ia seperti seseorang yang mengalami depresi berat.
“Ji Yoon-ah, waeyo?” Seung Gi yang mendengar teriakan keras dari dalam kamar Ji Yoon kemudian masuk ke dalam dan menenangkan adiknya. “Ji Yoon-ah, tenanglah” ucap Seung Gi namun Ji Yoon justru semakin memberontak. “ANDWAE!! ANDWAE!!” teriaknya makin keras. Seung Gi memeluk adik satu-satunya itu kemudian mengelus rambut Ji Yoon perlahan, memberikan rasa tenang dan nyaman.

******

“Ada apa dengannya dokter Kim?” tanya Seung Gi yang tampak sangat cemas pada kondisi adiknya. “Trauma di masa lalu. Ia merasakan sesuatu yang luar biasa ketika mengingat hal yang membuatnya trauma itu, hingga ia tidak bisa mengendalikan dirinya” jelas dokter Kim. Seung Gi terdiam kemudian sorot matanya yang tadi cemas kini berubah menjadi sorot mata yang sedih dan tak tega ketika melihat Ji Yoon yang tengah tidur di ranjang setelah diberi obat penenang.

Flashback On
27 November 2011…
Seharian ini Ji Yoon hanya duduk di balkon kamarnya, memandangi salju yang turun semakin deras dan menikmati hawa dingin yang menyeruak. “Sudah seminggu lebih aku tidak melihatnya” gumam Ji Yoon sembari mengadahkan tangan kanannya untuk menangkap butiran salju yang jatuh. “Aku merindukannya” gumamnya lagi masih dengan tangan kanan yang menangkap butiran salju. “Hari ini ulang tahunnya” gumam Ji Yoon masih melakukan aktivitasnya tadi. “Meskipun aku hanya pengagum rahasianya, tapi perasaan ini sangat kuat dan sulit dihilangkan” gumamnya –lagi– kemudian menggenggam erat butiran salju yang ada di tangannya hingga sebuah aliran air keluar melalui celah-celah jari mungilnya.
“Drrttt…Drrttt…”
Ponsel milik Ji Yoon berdering. Ji Yoon menoleh ke meja nakasnya –tempat dimana ia meletakkan ponselnya– kemudian menatap layar ponselnya sejenak. “Jihyun?” batin Ji Yoon. Dengan segera Ji Yoon mengangkat panggilan dari sahabatnya itu.
“Yeoboseyo Jihyun-ah…”
“Ji…Yoon…ah” ucap Jihyun dengan suaranya yang terdengar serak.
“Yaa, waeyo? Apa kau ada masalah? Ceritakan padaku jika kau sedang sedih” balas Ji Yoon.
“…” tidak ada respon dari Jihyun selain sebuah tangisan pilu.
“Jihyun-ah, ada apa sebenarnya?” seru Ji Yoon yang mulai cemas.
“Chan…Chanyeol…Chanyeol meninggal pagi tadi. Ia mengidap Leukimia Ji Yoon-ah” kalimat yang Jihyun tahan sejak tadi akhirnya lolos dari bibirnya. Seperti ribuan panah yang tengah menghujam jantung Ji Yoon. Yeoja itu terdiam dan seluruh tubuhnya terasa melumpuh.
“BRUK”
Ji Yoon terduduk dilantai kamarnya dengan tatapan kosong. Ia tidak memedulikan Jihyun yang belum mematikan panggilannya. Tangan Ji Yoon bergetar. “Andwae…” lirihnya masih dengan tatapan kosong. Ia kemudian duduk meringkuk dan membenamkan wajahnya diantara lututnya. “ANDWAE!!!!!!” teriaknya sangat kencang. “ANI! ITU BUKAN CHANYEOL! CHANYEOL MASIH HIDUP! JIHYUN BOHONG!” ucap Ji Yoon dengan suaranya yang sudah sangat parau. Hanya butuh beberapa menit untuk membuat wajahnya menjadi sembab dan memerah. “Aku hanya sedang bermimpi. Chanyeol masih hidup” lirihnya lagi kemudian menjambak rambutnya sendiri.
Flashback Off

******

27 November 2013…
“Oppa, aku ingin pergi keluar sebentar” ucap Ji Yoon pada sang Oppa yang tengah sibuk mendesain rancangan bangunan untuk kliennya. “Kau mau kemana Ji Yoon-ah? Salju sedang deras, diluar sangat dingin” ucap Seung Gi. “Oppa, ini sangat penting” ucap Ji Yoon –lagi–. “Kau masih sakit, dan Oppa mengizinkanmu tidak kuliah hari ini karena Oppa ingin kau beristirahat” jelas Seung Gi namun Ji Yoon tetap bersikukuh untuk pergi. “Oppa jebal” pinta Ji Yoon yang akhirnya dituruti oleh Seung Gi. “Gomawo Oppa…” ucap Ji Yoon kemudian memeluk Oppanya erat. “Oppa…Saranghae ^^” seru Ji Yoon sebelum melangkahkan kakinya menuju tempat tujuannya.

******

Saengil chukka hamnida…
Saengil chukka hamnida…
Sarangaeyo Park Chanyeol…
Saengil chukka hamnida…

Terdengar sebuah lantunan lagu yang tak lain berasal dari Ji Yoon. Yeoja itu duduk disamping makam Chanyeol sembari menyanyikan lagu selamat ulang tahun yang ia iringi dengan tepukan tangannya. “Mian aku tidak mengiringi nyanyianku dengan alat musik, kau tau kan kalau aku tidak pandai memainkan musik sepertimu” gumam Ji Yoon sembari mengusap nisan yang ada di hadapannya. “Ah, disini sangat dingin tapi aku merasa hangat karena bisa berada disini sekarang bersamamu” ucap Ji Yoon kemudian meletakkan sebuket bunga lily di nisan Chanyeol. Tubuh Ji Yoon mulai bergetar karena cuaca hari ini memang sangat dingin. Namun, yeoja itu berusaha untuk mengabaikan hawa dingin yang menusuk kulitnya dan sibuk berbicara dengan nisan yang ada di hadapannya.
“Kau tau kisah Jung Woo dan Soo Yeon dalam drama I Miss You? Eumm, kurasa drama itu benar. Aku sama persis seperti Jung Woo yang setia menunggu Soo Yeon selama belasan tahun. Hanya saja, Jung Woo masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Soo Yeon. Tidak sepertiku Chanyeol-ssi. Mustahil bagiku untuk bertemu denganmu karena kita sudah dipisahkan oleh sesuatu yang tidak mungkin kutentang.” Ji Yoon menarik napasnya dalam-dalam dan merapatkan tubuhnya yang terasa semakin melemah karena dinginnya salju.
“Meskipun kau tidak pernah mendengarku, tapi aku akan tetap mengatakannya. Bahwa kelahiranmu di dunia ini telah membuat hidupku dipenuhi cinta meskipun kita tidak pernah bersama. Happy birthday Park Chanyeol” gumam Ji Yoon dengan tatapan sendu yang mengarah pada nisan di hadapannya.

******

“Kurasa ia mengalami hipotermia hingga membuat jantungnya tidak bekerja dengan benar” ucap seorang namja dengan seragam tebal berwarna orange pada seorang namja yang juga berseragam sama dengannya.
“Kenapa ia begitu nekat di cuaca sedingin ini?” ucap namja yang satunya. “Sepertinya mengunjungi kekasihnya” gumam namja yang pertama. Namja berseragam orange itu mulai memeriksa denyut nadi pada jasad yeoja yang mereka temukan terbaring diantara tumpukan salju yang sudah menutupi separuh tubuhnya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan ada tubuh yeoja itu. “Ralat kalimatku. Ia bukan mengunjungi kekasihnya, api menyusulnya” gumam namja berseragam itu kemudian membawa jasad yeoja itu kedalam ambulance.

"Terimakasih karena kau sudah terlahir di dunia ini. Karenamu aku mengerti bagaimana mencintai seseorang dengan tulus.”



-FIN-
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harap untuk tidak berpromosi di kolom komentar dan berilah komentar dengan bahasa yang santun - Owner