Author ::: Riska Junaini
Genre ::: Angst
Lenght ::: Oneshoot
Rate ::: Teen
Cast ::: Park Chanyeol & Lee Ji Yoon (OC)
“Meskipun kau tidak pernah mendengarku, tapi aku akan tetap mengatakannya. Bahwa
kelahiranmu di dunia ini telah membuat hidupku dipenuhi cinta meskipun kita
tidak pernah bersama. Happy birthday Park Chanyeol.”
ʚɞ Ji Yoon POV ʚɞ
“BRUK”
Kuletakkan dengan kasar tumpukan buku-buku yang ada
di tanganku keatas meja sehingga menimbulkan suara yang cukup menganggu bagi
para pengunjung perpustakaan lain. Aku membantingnya bukan disengaja, tapi
karena buku-buku itu sangat tebal dan lenganku benar-benar pegal. Aku tersenyum
kecut pada Mahasiswa lainnya yang juga sedang mengerjakan tugas di
perpustakaan. Aku membungkukkan tubuhku kemudian mengatakan maaf dengan suara
berbisik agar suasana perpustakaan tetap hening. Aku duduk dan segera
mengerjakan tugas-tugasku yang akan dikumpulkan dua hari lagi. Aku merogoh
tasku mencari ponsel untuk melihat kalender. Aku ingin memastikan apa semua
tugasku bisa selesai dalam waktu dua hari. “Hari ini tanggal 25, dan tugas akan
dikumpulkan tanggal 27. Eum… sepertinya aku punya banyak waktu kosong jadi aku
pasti bisa menyelesaikan semuanya” gumamku kemudian meletakkan ponselku diatas
meja. Aku mulai membuka halaman-halaman tebal itu untuk mencari materi yang
berkaitan dengan tugasku. Namun, dengan segera aku menghentikan aktivitasku dan
menerawang mengingat sesuatu. “27 November” gumamku lirih dengan pikiran
menerawang. Aku kembali mengambil ponselku dan kembali melihat kalender.
“Benar! 27 November” ucapku dengan nada tak percaya. Mood belajarku seketika
hilang mengingat tanggal itu. Tanggal yang memiliki dua makna bagiku. Tanggal
yang membuatku merasa senang tapi disatu sisi aku benci tanggal itu. Aku
berusaha mengabaikan semua pikiranku mengenai 27 November dan kembali
mengerjakan tugasku. “Tugas ini lebih penting daripada 27 November” gumamku.
******
Aku duduk di halte menunggu bis berhenti. Musim
dingin sedang menyelimuti Korea membuat suasana sore ini benar-benar dingin menusuk
kulit. Beberapa orang berlalu lalang dengan menggunakan mantel tebal dan sarung
tangan. Salju sudah menutupi sebagian besar jalanan di sekitar Universitas
Kyunghee. Pandanganku menatap lurus kearah tumpukan salju putih di taman dekat
Universitas Kyunghee yang sengaja dikumpulkan oleh anak-anak kecil yang sedang
bermain ditengah hujan salju yang tidak terlalu deras. Sepertinya mereka sangat
senang bermain salju. Mereka tidak peduli dengan dinginnya salju yang jatuh di
permukaan kulit wajah mereka. Mereka tetap tertawa bersama dan membuat
gumpalan-gumpalan dari salju kemudian melemparkannya satu sama lain. Untuk
yeoja berumur 20 tahun sepertiku, salju bukanlah benda menyenangkan seperti
anggapan anak-anak kecil itu. Salju tetaplah salju. Salju yang hanya bertahan
sebentar ketika kau mengenggamnya. Ia hanya datang disaat tertentu yang sudah
ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Ia tidak abadi. Meskipun kau membuatnya
menjadi gumpalan besar, ia tetap akan mencair dan tidak akan kembali menjadi
salju yang putih dan dingin. Salju itu tetap tidak akan kembali.
Aku tersadar dari lamunanku saat kulihat
orang-orang sudah masuk kedalam bis yang entah sejak kapan sudah berhenti di
halte ini. Aku menenteng buku-bukuku kemudian masuk kedalam bis. Aku duduk di
kursi bagian kanan bis sehingga aku bisa leluasa melihat suasana jalan dari
kaca bis. Seorang ahjumma kemudian duduk disampingku dan tersenyum. Aku
membalas senyumannya dengan senyuman simpulku kemudian kembali menatap hujan
salju melalui kaca bis. Perlahan ujung-ujung bibirku tertarik dan menampakkan
sebuah senyuman.
Flashback
On
Dengan sigap aku dan Jihyun –Sahabatku– masuk
kedalam bis dan duduk di kursi bagian kanan bis. Aku sengaja duduk di kaca bis
agar aku bisa melihat salju. Kuhembuskan napasku ke kaca bis yang membuatnya
menjadi buram kemudian jari telunjukku dengan lihainya menulis nama seseorang
disana. Aku menatap ukiran nama itu dan tersenyum. “Salju sedang turun, kuharap
kau tidak lupa mengenakan mantel” gumamku sembari menulis namaku dibawah ukiran
pertama. “Ternyata lebih indah jika nama kita bersama” gumamku lagi. Jihyun
hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kekananakanku. “Kau selalu
melakukan itu saat musim dingin tiba. Apa kau tidak bosan?” tanya Jihyun. Aku
menoleh padanya dan menggelengkan kepalaku. “Apa kau juga ingin aku mengukir
namamu dan Baekhyun? Baiklah, aku akan mengukirnya tapi di kaca yang lain ne
karena kaca ini adalah milikku dan Chanyeol” jawabku. Jihyun menghembuskan
napasnya di kaca kemudian mengukir sesuatu disana.
“Chanyeol
jelek! Baekhyun tampan!”
Aku memelototkan mataku melihat tulisannya dan
mendengus kesal. Aku mengalihkan pandanganku dari Jihyun dengan raut wajah
kesal. “Yaa Ji Yoon-ah, kau marah?” tanya Jihyun tapi aku tidak menjawabnya. “Aigoo,
aku hanya bercanda” ucap Jihyun berusaha membujukku. Aku masih tidak
menggubrisnya. “Baiklah, aku akan mengganti kalimatnya” ucap Jihyun kemudian
hendak menghapus tulisan tadi. “Ani!” cegahku. “Waeyo? Bukankah kau tidak suka
jika Chanyeolmu disebut jelek?” tanyanya dengan ekspresi bingung atas sikapku.
“Hihi, aku tidak mau kau menyebutnya Chanyeol tampan” ucapku sambil tersenyum
seperti orang bodoh. “Dasar aneh” gumam Jihyun sambil mendorong kepalaku dengan
telunjuknya.
Flashback
Off
Kuhembuskan napasku ke kaca bis sama seperti yang
kulakukan dua tahun lalu. Jariku mulai menulis sesuatu disana. Ada rasa pedih
dan sesak yang muncul tapi aku menahannya. Mataku menatap sendu tulisan yang
telah kubuat. Kutarik napasku dalam-dalam dan kuseka air mataku yang entah
sejak kapan sudah mengalir di pipiku.
“I
Miss You”
Chanyeol-ssi, kau tidak tau bagaimana aku
merindukanmu disini. Kau tidak tau bagaimana rasanya menjadi diriku. Kau pergi
tanpa memberiku kesempatan untuk mengungkapkan semuanya. Waktu berjalan semakin
cepat semenjak kau pergi. Aku seperti orang bodoh yang duduk setia menunggumu
padahal kau tidak akan pernah datang untukku. Dan bodohnya lagi, aku
melakukannya sejak dulu. Sejak dulu aku selalu menunggumu. Menunggu kau datang
menghampiriku dan mengajakku berjalan bersama di bawah dinginnya hujan salju.
Berharap kau menemuiku sama seperti mengharapkan salju turun di musim panas.
Sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi.
******
“Ji Yoon-ah, ada seseorang yang mencarimu diluar”
ucap Seung Gi Oppa –Oppaku– yang sepertinya berdiri di depan pintu kamarku.
Sedari tadi aku hanya merebahkan tubuhku diranjang sambil mendengarkan musik
menggunakan earphone. Aku bangkit dari ranjangku kemudian berjalan membuka
pintu kamarku. “Siapa yang mencariku Oppa?” tanyaku. “Mollayo… Seorang yeoja
yang sepertinya berumur sekitar 25 tahun. Ia membawa sebuah kotak untukmu”
jelas Seung Gi Oppa yang membuatku semakin penasaran. Aku kemudian berjalan
menuju ruang tamu untuk menemui orang itu. “Annyeong haseyo…” sapanya padaku
dengan penuh keramahan saat aku tiba di ruang tamu.
“DEG”
Mataku seketika membulat melihat wajah yeoja itu.
Ia sangat mirip dengan seseorang. Kenapa hatiku terasa sesak saat melihat wajah
ini. Wajah yang tiba-tiba muncul di hadapanku yang kini membuat perasaanku
bercampur aduk. Ia sangat mirip dengan Chanyeol. “Park Yoora imnida” ucap yeoja
itu padaku masih dengan senyuman persahabatannya. “Lee Ji Yoon imnida” balasku
dengan suara yang sedikit bergetar. “Ada perlu apa eonni mencariku?” tanyaku
kemudian mempersilakan Yoora eonni untuk duduk. “Sebelumnya, aku ingin
memberitahumu bahwa aku adalah Noona dari Park Chanyeol” jelas Yoora eonni yang
sukses membuat jantungku bekerja dengan tidak normal. Nama itu, aku kembali
mendengarnya. Dan yang paling membuatku terkejut adalah untuk apa Noona dari
seorang Park Chanyeol mencariku? Menyadari bahwa aku dan Chanyeol tidak akrab
sama sekali meskipun berada di sekolah yang sama saat SMA. “Oh, pantas saja
eonni sangat mirip dengannya” ucapku dengan nada bicara yang kubuat senormal
mungkin. Aku melihat sebuah kotak besar yang ada disampingnya. “Kau Lee Ji Yoon
lulusan SMA SOPA yang pernah duduk dikelas XI-A kan?” tanya Yoora eonni seperti
memastikan. Aku mengangguk dan kini kepalaku dipenuhi ribuan pertanyaan.
“Kurasa, barang-barang ini untukmu tapi Chanyeol belum sempat memberikannya”
ucap Yoora eonni kemudian menyodorkan kotak besar itu padaku yang aku tidak tau
apa isinya. Aku menerimanya dengan ragu-ragu dan menatap kotak itu secara
teliti. “Tenanglah, tidak ada barang berbahaya di dalamnya. Baiklah, aku datang
hanya untuk menyampaikan pesan Chanyeol untukmu. Aku pergi dulu Ji Yoon-ssi”
ucap Yoora eonni berpamitan kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan ruang
tamu rumahku.
Karena rasa penasaranku yang begitu besar, dengan
segera aku berdiri dari dudukku dan menyusul Yoora eonni sebelum ia jauh.
“Eonni chankammaneyo!” teriakku yang sukses membuat yeoja itu berhenti. Raut
wajahnya tidak seceria tadi. Raut wajahnya yang sekarang tampak seperti
seseorang yang sedih karena sesuatu meskipun ia menutupinya dengan senyuman
palsunya. “Sebenarnya ada apa dengan barang-barang itu? Kenapa itu untukku? Aku
dan Chanyeol bahkan tidak akrab sama sekali, kurasa itu untuk orang lain”
ucapku penuh penekanan disetiap kata-kataku. “Jika kau tidak percaya, kau bisa
melihatnya sendiri Ji Yoon-ssi” lirih Yoora eonni kemudian melanjutkan
langkahnya. Aku terdiam ditempatku. Berusaha memahami semua ini. Otakku
berusaha berpikir logis tapi percuma, semuanya tidak bisa terjawab sebelum aku
melihat sendiri apa yang ada dalam kotak itu.
******
Rabu,
20 November 2011
Seminggu
sebelum hari ulang tahunku tiba. Aku tidak bisa memastikan apakah aku masih
bisa merayakannya atau tidak. Aku benar-benar kehilangan seluruh semangat
hidupku sekarang. Aku tau ini salah. Seorang Park Chanyeol harusnya hidup
dengan senyuman yang selalu mengembang di wajahnya.
Ya!
harusnya aku tetap hidup dengan penuh semangat tanpa memedulikan vonis dari
dokter Kim. Aku seharusnya menghabiskan waktuku untuk membuat kenangan indah bersamanya
tapi aku terlalu pengecut untuk mendekatinya.
Hari
ini hujan salju cukup deras. Aku ingin naik bis dan mencari ukiran namaku
dikaca bis tapi Eomma dan dokter Kim tidak mengizinkanku keluar. Ini
menyebalkan dan membosankan! Mereka tidak tau bahwa aku sangat menyukai musim
dingin! Musim dingin adalah musim yang paling kunantikan. Karena di musim
dinginlah aku bisa menemukan ukiran namaku yang ia tulis dengan jari mungilnya.
Ia selalu melakukan hal itu untukku. Aku senang tapi aku tidak menunjukkan
perasaan itu di depannya. Aku tidak ingin dia mengetahui isi hatiku yang
sebenarnya karena itu akan membuatnya semakin terluka. Yaa! Terluka…karena aku
sudah mengungkapkan sebuah fakta yang sangat ia nantikan tapi pada akhirnya dia
harus menjalani hidupnya sendiri. Aku tidak mau ia semakin merasa kehilangan.
Aku
tau bahwa yeoja itu menyukaiku, ia sangat menyukaiku dan hanya boleh menyukaiku
selama aku masih di dunia ini. Yeoja itu selalu datang setiap aku dan timku
sedang bertanding basket. Beberapa kali aku menangkap basah dirinya saat sedang
memperhatikanku tapi ia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Wajah gugupnya saat itu benar-benar lucu. Ia berusaha menyembunyikan
perasaannya, tidak seperti yeoja lain yang secara terang-terangan mendekatiku
hingga aku sendiri merasa risih. Ia tidak tau bahwa aku sering mengikutinya
diam-diam. Kurasa aku sudah seperti sasaeng fansnya hihi :D
Satu
hal yang tidak akan pernah kulupakan…
Hari
dimana aku melindunginya untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Baekhyun
mengoper bola basket ke arah Sehun tapi bola itu menuju ke arah yang salah.
Dengan cepat aku berlari untuk menangkap bola itu sebelum bola besar itu
mengenai kepala yeojaku. Dan ya! aku berhasil menangkap bolanya. Aku senang
bisa melindunginya hari itu meskipun hanya hal kecil yang ia mungkin tidak
menyadarinya.
Lee
Ji Yoon…
Lee
Ji Yoon…
Lee
Ji Yoon…
Lee
Ji Yoon…
Dialah
yeoja yang menjadi tokoh utama dalam tulisanku ini. Dia yeoja yang berhasil
membuatku penasaran dan akhirnya aku menyukainya. Tapi, cerita ini tidak akan
berakhir dengan indah karena aku tidak bisa menemaninya seperti di akhir
drama-drama romantis dimana para tokoh utama bersatu dengan cintanya dan
memulai hidup baru yang menyenangkan.
Aku
ingin kau selalu mengingat kata-kataku ini Ji Yoon-ah.
“Tidak
peduli seberapa sulit hidupmu, kau akan terus tersenyum meskipun seperti
seorang yang idiot, karena aku tidak suka melihatmu murung”
Lee
Ji Yoon, maaf aku hanya bisa menulis cerita singkat seperti ini. Penyakit ini
benar-benar membuatku cepat lelah. Saat salju turun tahun depan, kuharap kau
masih menulis namaku di kaca bis dan kau akan terus melakukannya setiap musim
dingin tiba. Saranghaeyo Ji Yoon-ah ~(^^)~
******
ʚɞ Author POV ʚɞ
Ji Yoon berbaring lesu di ranjangnya yang berukuran
sedang. Sebuah selimut tebal berwarna biru muda menutupi tubuhnya. Wajahnya
tidak berekspresi dan matanya sembab. Ia memeluk sebuah buku berwarna coklat
muda yang tampak sepeti barang yang sudah tidak tersentuh selama
berbulan-bulan. Matanya menatap lurus ke arah jendela kamarnya yang sengaja ia
buka. Ia tidak memedulikan dinginnya hawa yang masuk ke kamarnya. Tatapan
matanya kosong seolah jiwanya sedang melayang entah kemana. “Chan…Yeol…” lirih
Ji Yoon. Sangat lirih seperti hembusan angin. Ji Yoon membuka buku yang ada di
pelukannya. Matanya berkaca-kaca hanya karena melihat buku itu.
“Lee
Ji Yoon adalah yeoja yang menjadi model di setiap fotoku”
Sebuah Kristal bening sukses meluncur di pipi kanan
Ji Yoon saat membuka halaman pertama buku coklat muda itu. Disitu terpampang
fotonya saat sedang duduk di perpustakaan sambil membaca novel. Tubuhnya
bergetar menahan tangis melihat betapa indahnya Chanyeol membuat sesuatu
seperti ini untuknya.
“Ia
terlihat sangat tenang saat sedang tidur”
Satu lagi bulir-bulir bening meluncur dari pipi Ji
Yoon. Ia menatap fotonya yang tengah tertidur di perpustakaan. Isakan Ji Yoon
semakin jelas terdengar. Tangan mungilnya membalik lembar berikutnya pada buku
itu.
“Dia
datang ke pertandingan basketku. Aku mengambil foto ini waktu istirahat
pertandingan. Bukankah ia lucu ketika mempoutkan bibirnya seperti ini ^^
sepertinya ia kesal karena babak pertama timku kalah”
Bulir-bulir bening itu jatuh tepat diatas fotonya.
Foto saat ia tengah mempoutkan bibirnya.
“CUKUP! Aku tidak mau melanjutkan ini! Aku tidak
mau mengetahui isi hatimu lagi Park Chanyeol! Aku benci padamu! Aku benci
padamu!!” teriak Ji Yoon dengan air mata yang masih meluncur deras di pipinya
yang sekarang sudah memerah.
“Hikss…”
tangan Ji Yoon bergetar hebat dan tangisannya yang tidak bisa ia bendung pecah memenuhi kamarnya yang berukuran sedang. “Aku tidak mau menangisimu seperti dua tahun lalu! aku tidak sanggup Chanyeol-ssi” lirih Ji Yoon dengan suaranya yang sangat parau. Ia duduk meringkuk di lantai dan bersandar pada sisi ranjang sembari meremas kuat selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Yeoja itu menangis meluapkan semua perasaannya. Hawa dingin yang masuk melalui jendela kamarnya membuat tubuhnya makin bergetar.
tangan Ji Yoon bergetar hebat dan tangisannya yang tidak bisa ia bendung pecah memenuhi kamarnya yang berukuran sedang. “Aku tidak mau menangisimu seperti dua tahun lalu! aku tidak sanggup Chanyeol-ssi” lirih Ji Yoon dengan suaranya yang sangat parau. Ia duduk meringkuk di lantai dan bersandar pada sisi ranjang sembari meremas kuat selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Yeoja itu menangis meluapkan semua perasaannya. Hawa dingin yang masuk melalui jendela kamarnya membuat tubuhnya makin bergetar.
“Drrttt…Drrttt…”
Ponsel milik Ji Yoon bergetar. Yeoja itu terdiam
sejenak dari tangisnya kemudian menatap takut ke arah meja nakas –dimana
ponselnya berada–. “ANDWAE! ANDWAEEEE!” teriaknya tak karuan. Ia seperti
seseorang yang mengalami depresi berat.
“Ji Yoon-ah, waeyo?” Seung Gi yang mendengar
teriakan keras dari dalam kamar Ji Yoon kemudian masuk ke dalam dan menenangkan
adiknya. “Ji Yoon-ah, tenanglah” ucap Seung Gi namun Ji Yoon justru semakin
memberontak. “ANDWAE!! ANDWAE!!” teriaknya makin keras. Seung Gi memeluk adik
satu-satunya itu kemudian mengelus rambut Ji Yoon perlahan, memberikan rasa
tenang dan nyaman.
******
“Ada apa dengannya dokter Kim?” tanya Seung Gi yang
tampak sangat cemas pada kondisi adiknya. “Trauma di masa lalu. Ia merasakan
sesuatu yang luar biasa ketika mengingat hal yang membuatnya trauma itu, hingga
ia tidak bisa mengendalikan dirinya” jelas dokter Kim. Seung Gi terdiam
kemudian sorot matanya yang tadi cemas kini berubah menjadi sorot mata yang
sedih dan tak tega ketika melihat Ji Yoon yang tengah tidur di ranjang setelah
diberi obat penenang.
Flashback
On
27 November 2011…
Seharian ini Ji Yoon hanya duduk di balkon
kamarnya, memandangi salju yang turun semakin deras dan menikmati hawa dingin
yang menyeruak. “Sudah seminggu lebih aku tidak melihatnya” gumam Ji Yoon
sembari mengadahkan tangan kanannya untuk menangkap butiran salju yang jatuh.
“Aku merindukannya” gumamnya lagi masih dengan tangan kanan yang menangkap
butiran salju. “Hari ini ulang tahunnya” gumam Ji Yoon masih melakukan
aktivitasnya tadi. “Meskipun aku hanya pengagum rahasianya, tapi perasaan ini
sangat kuat dan sulit dihilangkan” gumamnya –lagi– kemudian menggenggam erat
butiran salju yang ada di tangannya hingga sebuah aliran air keluar melalui
celah-celah jari mungilnya.
“Drrttt…Drrttt…”
Ponsel milik Ji Yoon berdering. Ji Yoon menoleh ke
meja nakasnya –tempat dimana ia meletakkan ponselnya– kemudian menatap layar
ponselnya sejenak. “Jihyun?” batin Ji Yoon. Dengan segera Ji Yoon mengangkat
panggilan dari sahabatnya itu.
“Yeoboseyo Jihyun-ah…”
“Ji…Yoon…ah” ucap Jihyun dengan suaranya yang terdengar serak.
“Yaa, waeyo? Apa kau ada masalah? Ceritakan padaku jika kau sedang sedih” balas Ji Yoon.
“…” tidak ada respon dari Jihyun selain sebuah tangisan pilu.
“Jihyun-ah, ada apa sebenarnya?” seru Ji Yoon yang mulai cemas.
“Chan…Chanyeol…Chanyeol meninggal pagi tadi. Ia mengidap Leukimia Ji Yoon-ah” kalimat yang Jihyun tahan sejak tadi akhirnya lolos dari bibirnya. Seperti ribuan panah yang tengah menghujam jantung Ji Yoon. Yeoja itu terdiam dan seluruh tubuhnya terasa melumpuh.
“Ji…Yoon…ah” ucap Jihyun dengan suaranya yang terdengar serak.
“Yaa, waeyo? Apa kau ada masalah? Ceritakan padaku jika kau sedang sedih” balas Ji Yoon.
“…” tidak ada respon dari Jihyun selain sebuah tangisan pilu.
“Jihyun-ah, ada apa sebenarnya?” seru Ji Yoon yang mulai cemas.
“Chan…Chanyeol…Chanyeol meninggal pagi tadi. Ia mengidap Leukimia Ji Yoon-ah” kalimat yang Jihyun tahan sejak tadi akhirnya lolos dari bibirnya. Seperti ribuan panah yang tengah menghujam jantung Ji Yoon. Yeoja itu terdiam dan seluruh tubuhnya terasa melumpuh.
“BRUK”
Ji Yoon terduduk dilantai kamarnya dengan tatapan
kosong. Ia tidak memedulikan Jihyun yang belum mematikan panggilannya. Tangan
Ji Yoon bergetar. “Andwae…” lirihnya masih dengan tatapan kosong. Ia kemudian
duduk meringkuk dan membenamkan wajahnya diantara lututnya. “ANDWAE!!!!!!”
teriaknya sangat kencang. “ANI! ITU BUKAN CHANYEOL! CHANYEOL MASIH HIDUP! JIHYUN
BOHONG!” ucap Ji Yoon dengan suaranya yang sudah sangat parau. Hanya butuh
beberapa menit untuk membuat wajahnya menjadi sembab dan memerah. “Aku hanya
sedang bermimpi. Chanyeol masih hidup” lirihnya lagi kemudian menjambak
rambutnya sendiri.
Flashback
Off
******
27 November 2013…
“Oppa, aku ingin pergi keluar sebentar” ucap Ji
Yoon pada sang Oppa yang tengah sibuk mendesain rancangan bangunan untuk
kliennya. “Kau mau kemana Ji Yoon-ah? Salju sedang deras, diluar sangat dingin”
ucap Seung Gi. “Oppa, ini sangat penting” ucap Ji Yoon –lagi–. “Kau masih
sakit, dan Oppa mengizinkanmu tidak kuliah hari ini karena Oppa ingin kau
beristirahat” jelas Seung Gi namun Ji Yoon tetap bersikukuh untuk pergi. “Oppa
jebal” pinta Ji Yoon yang akhirnya dituruti oleh Seung Gi. “Gomawo Oppa…” ucap
Ji Yoon kemudian memeluk Oppanya erat. “Oppa…Saranghae ^^” seru Ji Yoon sebelum
melangkahkan kakinya menuju tempat tujuannya.
******
Saengil
chukka hamnida…
Saengil chukka hamnida…
Sarangaeyo Park Chanyeol…
Saengil chukka hamnida…
Saengil chukka hamnida…
Sarangaeyo Park Chanyeol…
Saengil chukka hamnida…
Terdengar sebuah lantunan lagu yang tak lain
berasal dari Ji Yoon. Yeoja itu duduk disamping makam Chanyeol sembari
menyanyikan lagu selamat ulang tahun yang ia iringi dengan tepukan tangannya.
“Mian aku tidak mengiringi nyanyianku dengan alat musik, kau tau kan kalau aku
tidak pandai memainkan musik sepertimu” gumam Ji Yoon sembari mengusap nisan
yang ada di hadapannya. “Ah, disini sangat dingin tapi aku merasa hangat karena
bisa berada disini sekarang bersamamu” ucap Ji Yoon kemudian meletakkan sebuket
bunga lily di nisan Chanyeol. Tubuh Ji Yoon mulai bergetar karena cuaca hari
ini memang sangat dingin. Namun, yeoja itu berusaha untuk mengabaikan hawa
dingin yang menusuk kulitnya dan sibuk berbicara dengan nisan yang ada di
hadapannya.
“Kau tau kisah Jung Woo dan Soo Yeon dalam drama I
Miss You? Eumm, kurasa drama itu benar. Aku sama persis seperti Jung Woo yang
setia menunggu Soo Yeon selama belasan tahun. Hanya saja, Jung Woo masih
memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Soo Yeon. Tidak sepertiku
Chanyeol-ssi. Mustahil bagiku untuk bertemu denganmu karena kita sudah
dipisahkan oleh sesuatu yang tidak mungkin kutentang.” Ji Yoon menarik napasnya
dalam-dalam dan merapatkan tubuhnya yang terasa semakin melemah karena
dinginnya salju.
“Meskipun kau tidak pernah mendengarku, tapi aku
akan tetap mengatakannya. Bahwa kelahiranmu di dunia ini telah membuat hidupku
dipenuhi cinta meskipun kita tidak pernah bersama. Happy birthday Park Chanyeol”
gumam Ji Yoon dengan tatapan sendu yang mengarah pada nisan di hadapannya.
******
“Kurasa ia mengalami hipotermia hingga membuat
jantungnya tidak bekerja dengan benar” ucap seorang namja dengan seragam tebal
berwarna orange pada seorang namja yang juga berseragam sama dengannya.
“Kenapa ia begitu nekat di cuaca sedingin ini?”
ucap namja yang satunya. “Sepertinya mengunjungi kekasihnya” gumam namja yang
pertama. Namja berseragam orange itu mulai memeriksa denyut nadi pada jasad
yeoja yang mereka temukan terbaring diantara tumpukan salju yang sudah menutupi
separuh tubuhnya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan ada tubuh yeoja itu. “Ralat
kalimatku. Ia bukan mengunjungi kekasihnya, api menyusulnya” gumam namja
berseragam itu kemudian membawa jasad yeoja itu kedalam ambulance.
"Terimakasih karena kau sudah terlahir di dunia ini. Karenamu aku mengerti bagaimana mencintai seseorang dengan tulus.”
-FIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Harap untuk tidak berpromosi di kolom komentar dan berilah komentar dengan bahasa yang santun - Owner