Selasa, 30 Desember 2014

Long Time No See


*** LONG TIME NO SEE ***

Author ::: Riska Junaini
Genre ::: Romance
Rating ::: Teen
Length ::: Oneshoot
Main Cast ::: Goo Junhoe & Lee Ji Yoon (OC)

summary
Lee Ji Yoon dan Goo Junhoe yang merupakan musuh bebuyutan bertemu kembali setelah 4 tahun terpisah. Ji Yoon yang sedang mengalami masa-masa sulit setelah dikhianati kekasihnya harus menambah beban hidupnya ketika tahu bahwa Junhoe adalah murid baru di kelasnya.

---000---

Berulang kali aku mencoba berbagai macam pakaian yang ada di dalam lemariku tapi aku tidak menemukan satupun yang menurutku cocok padahal jam sudah menunjukkan pukul 19.45 KST dan 15 menit lagi Mino oppa menjemputku. Malam ini adalah kencan pertamaku dengannya dan aku benar-benar tidak ingin terlambat. Akhirnya hanya tersisa satu dress berwarna pink pastel di dalam lemariku. Dengan tergesa-gesa aku mengenakan dress tersebut lalu dengan teliti memperhatikan bayanganku di depan cermin. Sejauh ini memang dress inilah yang terbaik dan satu hal yang tiba-tiba kuingat adalah Mino oppa menyukai gadis yang berpakaian dengan warna pink karena menurutnya itu membuat wanita terlihat feminim, ya meskipun aku tidak terlalu suka disebut feminim karena aku lebih suka disebut keren tapi apapun akan kulakukan demi Mino oppa kesayanganku.

Waktu terus berjalan dan aku tidak ingin berlama-lama karena jujur saja aku tidak sabar ingin melihat bagaimana kencan pertamaku hari ini. Aku mulai membuka kotak make up dan memberi sedikit polesan di wajahku. Rambut sepunggungku kubiarkan terurai dan kupasangkan bando berwarna senada dengan dress yang kupakai. Sejurus kemudian aku menyibukkan diri di depan lemari sepatu, memilih sepatu mana yang harus kupakai untuk kencan pertamaku.

“High heels?”

Tidak! Tidak! Aku tidak pernah mengenakan benda itu dan pasti itu akan membuat kakiku sakit setelahnya. Tapi… Mino oppa menyukai gadis feminim kan? Jadi tidak ada salahnya jika aku mengenakan high heels. Lagi pula high heels akan membuatku bertambah tinggi jadi aku tidak terlihat begitu pendek saat berjalan disamping Mino oppa.

“Baiklah, ini demi kencan pertamaku!”

Aku mengambil high heels berwarna putih itu dan langsung memakainya. Sedikit oleng karena ini adalah pertama kalinya bagiku memakai high heels. Sambil menunggu Mino oppa datang menjemputku, aku memutuskan untuk melatih cara berjalanku agar terlihat anggun. Tidak begitu sulit tapi juga tidak begitu mudah karena aku tidak terbiasa berjalan selambat ini. Konsentrasiku pecah saat ponsel yang kuletakkan di atas ranjang berdering. Sedikit gugup untuk melihat ponselku karena bisa ditebak itu pasti telepon dari Mino oppa dan ternyata benar!

“Hallo…”
“Ji Yoon-ah…”
“Ada apa oppa? Dari suaramu sepertinya sedang ada masalah”
“Aku tidak bisa menjemputmu”
“Jadi?”
“Kau langsung saja datang ke café Black Smith, aku akan menyusul”
“Tapi… kenapa oppa?”
“Aku ada sedikit urusan dengan dosen”
“Oh… baiklah, aku akan menunggumu disana dan jangan terlalu lama oppa”
“Ya, maaf mengecewakanmu Ji Yoon-ah”
“Tidak apa-apa”

‘Tut… Tut… Tut…’

Aku melenguh lesu setelah percakapan kami terputus. Tentu saja aku sedikit kecewa karena Mino oppa tidak jadi menjemputku, tapi aku harus tetap bersyukur karena setidaknya ia masih menyempatkan untuk berkencan denganku meskipun tugas kuliahnya sedang menumpuk. Untung saja ia tidak membatalkan kencan kami hari ini, karena setelah ini aku tidak akan memiliki banyak waktu luang. Hari ini adalah hari terakhir liburan musim panas dan mulai besok para pelajar mulai masuk sekolah seperti biasa.

Pelajar? Ya aku adalah murid kelas 2 SMA Kirin sementara Mino oppa adalah mahasiswa semester 3 di Universitas Kyung Hee. Hubungan kami bisa seperti ini karena bantuan dari oppaku Lee Seung Hoon yang merupakan sahabat Mino oppa sejak SMA dan mereka juga berada di Universitas yang sama sekarang.

Saat itu Mino oppa dan teman-temannya yang lain sering datang ke rumah untuk mengerjakan tugas bersama dengan Seung Hoon oppa, juga setiap akhir pekan ia selalu datang dan membelikanku jagung bakar lalu mengajakku makan bersama. Sudah sekitar 3 bulan kami dekat seperti ini dan baru kali ini Seung Hoon oppa mengizinkanku pergi keluar berdua bersama Mino oppa. Entahlah, oppaku hanya takut jika laki-laki itu menyakitiku karena menurut pengamatannya Mino adalah laki-laki yang tidak bisa serius.

“Ugh, aku lapar”

Aku memang belum memakan apapun sejak tadi pagi hingga malam ini karena terlalu senang memikirkan kencan pertamaku. Aku juga tidak tau berapa lama Mino oppa akan terlambat. 15 menit? Setengah jam? Atau bahkan lebih? Entahlah, kurasa akan lebih baik jika aku berangkat ke café Black Smith sekarang dan mengisi perutku terlebih dahulu sembari menunggunya tiba.


---000---


Sudah 10 menit sejak aku berangkat dari rumah. Café Black Smith memang tidak begitu jauh dari rumahku jadi aku memutuskan untuk berjalan kaki dan yang kudapatkan adalah rasa pegal di betisku karena berjalan menggunakan high heels ini.

“Jagung bakar?”

Tanpa basa-basi aku langsung menghampiri si penjual jagung bakar dan memesan satu. Akan lebih baik jika aku mengisi perutku dengan makanan yang tidak begitu mengenyangkan dulu jadi aku masih bisa makan saat bersama Mino oppa nanti. Bukan karena aku rakus atau apa, tapi aku hanya sedang kelaparan.

Aku berjalan menuju bangku yang disediakan oleh si penjual dan duduk disana sembari melahap makananku. Sambil melahap makanan favoritku ini, aku memperhatikan orang-orang yang memang kebanyakan remaja berlalu lalang di jalanan bersama teman dan kekasihnya mungkin. Entah kenapa aku tiba-tiba membayangkan betapa menyenangkannya jika aku bisa sering-sering seperti ini bersama orang yang kusukai. Betapa bahagianya jika setiap akhir pekan bisa berjalan berdampingan bersama seseorang bernama Song Mino.

“Mino oppa?”

Mataku menyipit memperhatikan seseorang berjacket hitam yang sangat tidak asing bagiku. Tinggi badannya, gaya rambutnya, benar-benar tidak asing bagiku tapi apa mungkin dia Mino oppa? Bukankah ia sedang ada urusan dengan dosen. Karena penasaran aku pun memutuskan untuk menghampiri orang tersebut. Tampaknya ia tengah menunggu seseorang.

“Mino-ya maaf membuatmu menunggu lama, chu~”

Satu kecupan manis melayang tepat di pipi kiri laki-laki itu. Aku masih berdiri diam di tempatku yang berjarak 3 meter darinya. Mereka tidak melihatku karena mereka dalam posisi membelakangiku dan itu membuatku bisa melihat dengan jelas bagaimana gadis itu mencium pipi Mino oppa dengan seenaknya. Ya Song Mino, Mino yang akan berkencan denganku malam ini.


Sakit!
Sepertinya sang dewa sedang membagi hatiku menjadi dua patahan!

Dengan langkah gemetar dan sambil menahan rasa sesak di dadaku, aku menghampiri dua orang itu yang sukses membuatku tidak mood dan kehilangan selera makanku. Aku ingin memastikan bahwa ia adalah Mino oppa yang kukenal dan aku siap akan semua resikonya jika memang laki-laki itu adalah Song Mino.

“Oppa…”

Laki-laki itu menoleh saat aku memanggilnya perlahan dan sejurus kemudian ia membelalakkan matanya kaget. Lalu secepat kilat ia menyingkirkan tangan gadis yang tengah bergelayut manja di sisinya itu. Ia tampak bingung harus mengatakan apa sementara aku hanya terdiam karena ternyata ia memang Mino oppa. Mino yang selama ini membuat hatiku berdebar-debar dan dia pula yang membuat hatiku benar-benar patah malam ini.

“Ji Yoon-ah”



‘PLAK!’

Tanganku dengan spontan menampar pipinya saat ia menyebut namaku. Aku tidak tau kenapa aku melakukannya, tapi aku benar-benar tidak suka saat ia menyebut namaku seperti itu setelah ia melakukan semua ini. Ternyata benar apa yang selama ini dikhawatirkan oleh Seung Hoon oppa. Mino hanyalah laki-laki brengsek yang mempermainkan perasaanku.

“Senang bisa mengenalmu, Song Mino-ssi!”

Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku yang kuucapkan dengan penuh penekanan. Aku memanggilnya dengan formal. Ya! itu tandanya aku tidak ingin lagi dekat dengannya. Aku tidak ingin memikirkannya dan aku tidak ingin melihatnya! Aku memutar tubuhku dan mulai berjalan meninggalkan mereka berdua.

“Ji Yoon tunggu!”

“Berhenti disana dan jangan mengikutiku!”

Teriakku cukup keras membuat beberapa orang mulai memperhatikan kami. Bodoh! Harusnya aku bisa menjaga emosiku tapi aku benar-benar payah. Sekarang aku akan menjadi tontonan yang menarik bagi mereka semua.

“Aku tidak akan menceritakannya pada Seung Hoon oppa asalkan kau menjauh dariku dan jangan pernah berusaha menemuiku!”

Ucapku sebelum akhirnya berlari meninggalkan mereka semua karena aku tidak ingin orang-orang semakin memperhatikanku. Ucapanku pada Mino tadi adalah serius. Aku tidak akan menceritakan hal buruk yang Mino lakukan padaku pada Seung Hoon oppa, karena aku tidak ingin persahabatan mereka hancur hanya karena masalahku.

“Ji Yoon, maafkan aku! Aku akan putus dengannya sekarang! Kumohon Ji Yoon-ah dengarkan aku dulu!”

Aku tetap berlari tak menggubris apa yang Mino oppa teriakkan padaku. Perasaanku sudah terlanjur sakit dan aku benar-benar tidak ingin melihat wajahnya. Mendengar suaranya saja sudah membuat hatiku terasa semakin hancur.

‘PLETAK’


“Argh, kakiku!”

Tanpa sengaja aku menyandung sebuah besi penutup gorong-gorong saat tengah berlari di belokan jalan setelah cukup jauh dari keramaian tadi. Heels sepatu kiriku patah dan kaki kiriku terpaksa berjinjit untuk mengimbangi kaki kananku yang masih menggunakan high heels. Aku mengusap peluh yang memenuhi dahiku karena menahan tangis dan lelah setelah berlarian.

“Benar-benar seperti orang bodoh!”

Gerutuku pada diriku sendiri lalu melanjutkan perjalananku yang aku tidak tau harus pergi kemana karena aku tidak mungkin pulang ke rumah dalam keadaan seperti ini, tentu saja akan membuat Seung Hoon oppa curiga.

“Argh, menyusahkan sekali!”

Aku mencopot sepatu kananku dan mematahkan heelsnya sehingga aku bisa berjalan dengan normal tanpa harus menjinjitkan sebelah kakiku. Aku lalu mencampakkan asal patahan heels tersebut sekaligus untuk meluapkan rasa kesalku.

“Kau laki-laki jahat!”

‘PLETAK’

Kudengar bunyi yang cukup kuat, entah bunyi apa itu aku pun tidak tau. Aku sedang berusaha untuk tidak mempedulikan apapun sekarang, dan hanya mempedulikan diriku sendiri yang menyedihkan ini. Aku mengenakan kembali sepatu kananku dan memutar tubuhku ke arah lain. Sekarang sepatu ini benar-benar terasa nyaman tanpa heels yang membuat betisku sakit.

“Hei! Nona!”

Eh, ada yang memanggilku? Aku menolehkan kepalaku ke belakang untuk memastikan apakah orang itu memanggilku atau memanggil orang lain, dan ternyata benar ia memanggilku dan bahkan mulai berjalan ke arahku.

“Berhati-hatilah dengan siapapun yang berada diluar sana, banyak perampok berkeliaran”

Tiba-tiba ucapan Seung Hoon oppa kemarin terlintas di kepalaku dan tanpa basa-basi aku segera mengambil ancang-ancang dan berlari semampuku sebelum laki-laki yang memanggilku tadi semakin dekat. Beberapa kali aku menoleh ke belakang untuk mengecek jarak laki-laki itu dariku dan sialnya ia berlari sangat cepat sementara aku benar-benar sedang lelah sekarang.

“Baik! Baik! Aku akan memberikan tasku tapi tolong berhenti mengejar!”

Sukses! Laki-laki itu berhenti dan mematung di tempatnya. Aku hanya menunduk dan membelakanginya, tidak berani menoleh ke arahnya. Aku mencengkeram erat ujung dressku sembari berusaha mengatur napasku.

“Aku akan melemparkan tas ini padamu setelah itu tolong biarkan aku pergi, aku masih ingin menggapai cita-citaku jadi tolong jangan apa-apakan aku ahjussi…”

Ucapku dengan suara memohon yang kubuat sesedih mungkin. Aku rela jika orang itu ingin merampas harta bendaku, aku bisa melaporkannya ke polisi kemudian tapi jika yang menjadi incarannya adalah aku maka tamatlah riwayatku, masa depanku akan hancur.


‘GREB’

“aaaaaaaaaaaaaa!!!!”

Sekeras mungkin aku berteriak saat orang itu menyentuh bahuku dan memutar tubuhku untuk menghadap padanya. Aku menundukkan kepalaku sedalam mungkin agar orang itu tidak bisa melakukan hal yang macam-macam. Aku bahkan memukuli wajahnya dengan cukup kuat menggunakan tas kecil yang kubawa.

“Berhenti memukulku! Aku bukan perampok atau apapun itu yang ada di pikiranmu!”

Sontak aku menghentikan pukulanku tapi masih dengan mata terpejam dan wajah tertunduk dalam dan tentu saja rasa bingung yang meliputiku seketika. Jika ia tidak berniat jahat lalu kenapa ia mengejarku seperti itu? Aku tidak boleh lengah, mungkin saja orang ini berbohong padaku.

“Lalu… kenapa kau mengejarku?”

“Patahan heels ini milikmu kan?”

Patahan heels? kenapa orang ini menanyakan patahan heels?

“I-itu…”

“Lee Ji Yoon…?”

Eh? Ia mengenalku?

Aku mengangkat kepalaku dan tepat saat kedua mata kami bertemu…
Saat itulah aku merasa waktu sedang berjalan mundur, mengingatkanku akan semua tentang orang di hadapanku ini.

“Si gadis pendek hari ini mendapat nilai 30 pada ulangan matematika dan aku mendapat nilai 50. Nilaiku lebih tinggi jadi ia harus menjadi pesuruhku selama seminggu. Bukankah ini menarik teman-teman?”

“Nilaimu hanya lebih 20 poin dariku kenapa aku harus menjadi pesuruhmu, dasar pipi bulat!”

Laki-laki ini? orang yang ada di hadapanku sekarang? apa benar laki-laki ini adalah si pipi bulat? Tapi kemana pipi bulatnya? Dan bukankah ia…

“Si pipi bulat pindah ke London dan meneruskan sekolahnya disana untuk waktu yang lama, mungkin hingga sarjana. Tidak akan ada yang mengganggumu lagi Ji Yoon-ah jadi kau tenang saja.”

“K-kau Goo Junhoe…?”

Hening.
Tidak ada kata apapun yang terucap baik dariku maupun dari laki-laki di hadapanku ini. Namun, sejak tadi mata kami tak pernah lepas bertatapan untuk meyakinkan diri kami masing-masing bahwa apa yang kami lihat sekarang adalah benar orang yang ada dalam ingatan kami masing-masing.

“Jadi benar ini kau?” “Jadi benar ini kau?”

Eh? Apa-apaan ini? kenapa aku dan dia mengucapkan hal yang sama. Dan ekspresinya itu mengatakan bahwa ia adalah Goo Junhoe. Si pipi bulat yang selalu mengangguku dan selalu mengumumkan nilai-nilai jelekku di depan kelas saat SMP. Ya! Tentu saja aku tidak akan lupa dengan wajah menyebalkannya.

“Lama tidak bertemu”

Benar.
Sudah 4 tahun sejak si pipi bulat tidak pernah menggangguku.

Jujur aku tidak tau harus berkata apa sekarang. Kehadirannya yang tiba-tiba disaat aku tidak memikirkannya sama sekali benar-benar membuat perasaanku campur aduk. Aku sama sekali tidak menduga kami akan bertemu lagi tanpa disengaja. Mengingat bagaimana waktu itu ia tiba-tiba pergi tanpa berpamitan pada siapapun, dan sekarang ia muncul disaat-saat tidak terduga seperti ini. Ia datang dan pergi sesukanya.

“Ya, sudah 4 tahun”

“Kau menghitungnya?”

Sial! Pertanyaannya benar-benar membuatku mati kutu sekarang. Ia selalu saja berhasil menyudutkanku dengan kata-katanya bahkan sejak dulu ia selalu menang jika sudah menyangkut tentang adu mulut. Ia seperti ahjumma menyebalkan yang tidak pernah berhenti mengoceh.

“Aku tidak menghitungnya, hanya asal menebak”

Tidak! Aku tidak bisa membiarkan suasana ini berlangsung terus-menerus, aku harus mengalihkan pembicaraan.
Oh! Patahan heels! bukankah ia mengejarku karena patahan heels itu?

“Jadi, kenapa patahan heelsku ada padamu?”

Ia menunjukkan patahan heelsku yang tadi kulempar sembarang dan entah kenapa ada bekas darah di tangan Junhoe. Dengan penuh pertanyaan aku menatap wajahnya yang penuh rasa kesal.

Eh, apa aku melakukan kesalahan? Aku benar-benar tidak mengerti.

“Karena ulah cerobohmu ini, aku mendapatkan ini.”

Junhoe menundukkan kepalanya padaku dan menunjukkan bagian di kepalanya yang sedikit berdarah. Tapi apa maksudnya dengan ‘ulah ceroboh’ yang kulakukan. Apa mungkin…?

“Kau melempar patahan heelsmu dengan sangat kuat tanpa melihat-lihat apakah ada orang disana dan benda sial ini akhirnya mengenai kepalaku.”

“Eh?”

“Jika yang melempar ini adalah orang lain maka aku hanya akan meminta biaya pengobatan tapi karena pelakunya adalah kau, aku jadi berpikir tentang hal lain.”

Berpikir tentang hal lain? apa maksudnya? Apakah ia…?

“Ya! Dasar otak mesum!”

Lagi-lagi aku memukulinya dengan tas kecilku. Terus memukulinya sebelum akhirnya Junhoe menahan kedua tanganku dan menatapku tajam.

Sial!
Kenapa aku jadi gugup?

“Kau yang berotak mesum, aku bahkan tidak memikirkan tentang hal itu sama sekali. Sekarang cepat obati aku sebagai ungkapan rasa bersalahmu dan traktir aku makanan sebagai rasa maaf karena kau sudah sembarangan menuduhku mesum.”

Wah, benar-benar menyebalkan. Jauh lebih menyebalkan daripada yang kukenal dulu. Semakin dewasa ia semakin cerewet. Tarik ucapanku yang mengatakan bahwa ia seperti ahjumma cerewet, sekarang ia lebih mirip seperti nenek penjual ikan yang selalu mengoceh di pasar.

“Baiklah, aku akan me–“

‘Drrtt… Drrtt…’

Dengan segera aku mengambil ponsel di tas kecilku. Sedikit cemas karena aku takut jika yang menelepon adalah Seung Hoon oppa, aku tidak tau harus bicara apa jika ia menanyakan mengenai Mino.


‘Mino ^з^’

Eh, ternyata dia. Kenapa ia meneleponku? Bukankah sudah jelas bahwa aku tidak akan memberikan kesempatan kedua atau apapun itu padanya. Aku bukan tipe gadis yang pemaaf jika itu menyangkut perasaan. Kutekan tombol reject dan mematikan ponselku agar ia tidak meneleponku lagi.

“Kenapa tidak kau angkat?”

“Bukan urusanmu.”

Jawabku ketus lalu melangkahkan kakiku menuju minimarket untuk membeli plester dan obat merah untuk Junhoe. Ia masih diam di tempatnya seperti sedang berpikir.

“Apa yang kau lakukan disana? Bukankah kau ingin aku mengobatimu. Cepat ikut aku sebelum kau geger otak dan menjadi idiot!”

“Ya! Apa kau barusan mengataiku idiot?”

Aku tau setelah ini ia akan terus mengoceh dan balas mengataiku tapi entah kenapa kali ini aku senang mendengar semua itu, sudah lama aku tidak pernah mendengar ocehannya jadi anggap saja itu obat untuk kerinduanku.


---000---


Hari pertama sekolah setelah liburan musim panas.
Suasana kelas sudah ramai, sepertinya aku dan Donghyuk yang datang terlambat pagi ini. Donghyuk adalah tetanggaku sekaligus sahabatku sejak kecil, kami selalu berangkat bersama ke sekolah dan hari ini kami terlambat karena aku bangun terlambat dan Donghyuk dengan setia menungguku. Untung saja gerbang sekolah belum ditutup. Kami langsung duduk di bangku paling belakang barisan ketiga dari kanan. Hal lain tentang aku dan Donghyuk adalah kami juga teman sebangku. Ia termasuk pintar jadi aku bisa menconteknya saat ada ulangan, hehe.

“Jadi, bagaimana kencanmu dengan Mino?”

“Buruk…”

Jawabku lesu lalu membaringkan kepalaku di atas meja. Donghyuk menepuk-nepuk punggunggku memberi semangat lalu sedetik kemudian memukul pelan mejaku dengan tangannya.

“Itu akibatnya jika kau tidak mau mendengar ucapan sahabatmu. Seorang sahabat itu tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk sahabatnya, semacam ikatan batin.”

“Kau dan Seung Hoon oppa benar, seharusnya aku lebih teliti jika itu menyangkut tentang perasaan.”

Bicara tentang Seung Hoon oppa, ia sudah mengetahui semua yang terjadi padaku dan Mino kemarin malam. Ternyata Mino meneleponnya dan minta maaf padanya, dan ia minta pada Seung Hoon oppa agar tak menanyakan apapun padaku. Seung Hoon oppa menceritakan padaku bagaimana menyeselnya Mino karena sudah mengkhianatiku, aku sudah memaafkannya tapi tidak ada kesempatan kedua dalam kamusku.

“Anggap saja ini sebagai pelajaran agar kau tidak sembarangan berhubungan dengan seseorang Ji Yoon-ah.”

Aku mengangguk mengiyakan ucapan Donghyuk sebelum akhirnya otakku tiba-tiba mengingat sesuatu. Goo Junhoe!

“Donghyuk-ah, semalam aku bertem–”

“Pagi Kim seonsaengnim…”

Ucap seluruh murid serentak saat Kim seonsaengnim wali kelas kami masuk ke dalam kelas. Tunggu, hari ini kan tidak ada jadwal pelajaran Kim seonsaengnim, lalu kenapa ia masuk ke kelas. Ah, mungkin ia ingin memberi semangat setelah liburan musim panas berakhir. Ia memang sering memberi motivasi pada setiap murid dan ya itu cukup membantu.

“Bagaimana liburan kalian? Apakah menyenangkan?”

“Ne…”

“Murid baru, masuklah”


Eh, murid baru?
Kelas ini kedatangan murid baru?
Kuharap ia laki-laki dan berpenampilan keren seperti Kim Tan di drama The Heirs, Choi Young Do pun tak apa yang penting mirip seperti aktor.

“Annyeong haseyo…”


TUNGGU!
D–dia?

“Namaku Goo Junhoe, aku pindahan dari London.”


APA-APAAN INI?
Diantara ribuan manusia kenapa harus dia yang menjadi murid baru di kelasku?

“Senang bisa bertemu dengan kalian.”


Eh, kenapa ia mengucapkannya sambil melihat ke arahku?

Jangan tatap dia! Jangan tatap dia!


“Ji Yoon-ah, apa benar ia Junhoe?”

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Donghyuk. Tentu saja Donghyuk mengenalnya karena kami satu sekolah saat SMP. Sementara murid-murid lain mulai memuji Junhoe terutama murid perempuan. Tentu saja mereka akan menganggap Junhoe keren karena mereka belum tahu seberapa menyebalkannya laki-laki bernama Goo Junhoe itu.

Ia melangkah menuju kursi disamping mejaku, tepatnya meja kosong di sebelah Jungkook, ia akan menjadi teman sebangku Jungkook si muka bayi dan ia akan menjadi tetanggaku di kelas ini karena meja kami yang bersebelahan.

“Junhoe-ya, bagaimana kabarmu?”

Kulihat Donghyuk dengan senang hati menyapa si pipi bulat, padahal baru tadi pagi ia bicara tentang ikatan batin. Tidak taukah ia bahwa batinku sedang berteriak kesal karena kehadiran Junhoe.

“Tentu saja baik Donghyuk-ah, bagaimana denganmu? Dan siapa gadis yang duduk disampingmu itu? Apa ia kurcaci? Ia pendek sekali.”

Lihatkan! Ia mulai mencari masalah denganku.

“Aku juga baik Junhoe-ya, gadis disampingku ini aku juga tidak mengerti kenapa ia pendek sekali, padahal aku sudah membelikannya susu setiap hari.”

“Aku akan mencekikmu Kim Donghyuk.”

“Wah, selain pendek ia juga menyeramkan ternyata.”

Aku memberikan death-glare ke arah Junhoe sementara ia hanya menanggapinya dengan senyuman mengejek, seolah aku hanyalah seekor kucing yang mengerang padanya. Aku bersumpah jika saja Kim seonsaengnim tidak ada di depan, maka aku akan memukulinya seperti kemarin malam.

“Cho seonsaengnim tidak masuk, ia meminta kalian agar mempelajari materi matriks dan bersiap-siap untuk ulangan minggu depan. Kalau begitu aku pergi dulu, aku harus mengajar di kelas lain.”

“Ne seonsaengnim…”


U–ulangan?

Cho seonsaengnim memang gila!
Kami baru saja masuk sekolah dan ia sudah ingin melaksanakan ulangan, ditambah lagi aku benci matematika. Matematika membuat kepalaku sakit!

Argh! Kenapa semuanya begitu menyebalkan sejak kemarin?

Aku melipat kedua tanganku di atas meja dan membenamkan wajahku di antaranya. Kudengar murid-murid lain mulai mengeluh karena ulah gila Cho seonsaengnim.

Kenapa semuanya terasa menyebalkan bagiku?
Hubunganku dan Mino berakhir, Junhoe yang tiba-tiba muncul dan menggangguku, dan ulangan minggu depan yang membuat kepalaku serasa ingin meledak.

“Ji Yoon-ah…”

Lagi-lagi ia memanggilku, mau apa lagi sekarang?

“Bagaimana jika kita taruhan?”


Taruhan?

“Taruhan apa maksudmu?”

“Kau dan aku, siapa yang mendapatkan nilai lebih tinggi bebas meminta apapun dan yang mendapat nilai rendah harus menerima hukuman. Bagaimana?”

“Seperti bocah”

Ucapku. Tapi tunggu, bukankah ini akan jadi menarik? Jika aku yang menang maka aku bebas melakukan apapun pada Junhoe dan saat itulah aku akan membalas semua perlakuan menyebalkannya sejak SMP. Baiklah, walau aku tau matematika akan sangat sulit untukku tapi aku akan berusaha demi membalas semua perbuatan Junhoe si pipi bulat menyebalkan.

“Baik, aku setuju!”

Ucapku mantap. Kupastikan Junhoe akan menerima semua pembalasanku. Aku akan mendapatkan nilai tinggi. Lihat saja!


---000---


2 minggu kemudian…

“Kenapa harus di atap sekolah? Kau punya niat buruk padaku ya?”

Tuduhku sambil menatap tajam pada Junhoe. Hasil ulangan matematika kami sudah dibagikan dan entah kenapa ia mengajakku ke atap sekolah hanya untuk melihat nilai ulangan kami. Apa ia takut seisi kelas mengetahui nilai jeleknya? Haha sudah kuduga aku akan menang, aku tidak sebodoh saat SMP.

“Kau duluan”

‘89’

Dengan senang hati aku menunjukkan hasil ulanganku dan benar saja Junhoe tampak terkejut. Pertanda semua rencana balas dendamku akan berjalan lancar kali ini. Goo Junhoe, bersiap-siaplah menjadi pembantuku!

“Giliranmu”


‘100’


APA?
Se–seratus?
Ni–nilai sempurna?
Goo Junhoe mendapatkan nilai sempurna?


“Tidak! Aku membatalkan taruhan kita!”

Ucapku lalu berlari sebelum Junhoe menyuruhku menjadi pembantunya seperti SMP dulu. Tapi percuma, kaki panjangnya benar-benar cepat jika dibandingkan dengan langkah pendekku.

“Kau tidak boleh lari, kau harus menerima hukumanmu. Kau kan sudah menyetujuinya.”

Ia benar.
Aku yang menyetujui ajakannya dengan penuh semangat waktu itu, dan sekarang aku ingin kabur. Aku tidak boleh seperti ini, aku harus menjaga harga diriku meski aku tau harga diriku sudah tidak ada artinya jika sudah berurusan dengan laki-laki bernama Goo Junhoe.

“Baiklah, apa hukumanku? Apa aku harus menggendongmu setiap pulang sekolah? Membuatkan bekal? Mentraktirmu selama seminggu?”

“Itu kedengaran bagus, tapi aku punya rencana yang lebih baik.”

Rencana yang lebih baik?
Terdengar mencurigakan. Dan ada apa dengannya? Kenapa Junhoe tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke arah lain? ia juga tampak gugup sekarang.

“Jadi… apa hukuma–”


“Jadilah yeojachinguku”


Hening.

A–apa aku tidak salah dengar?
Apa barusan ia mengatakan ‘yeojachingu’?
Tidak! Aku tidak boleh begitu saja mempercayainya!

“Kau… hanya ingin mempermainkanku kan?”


‘GREB’

I–ia memelukku…
Seolah ingin menenangkanku yang memang membutuhkan ketenangan.

“Aku lihat semuanya saat kau menangis karena Mino saat itu. Aku… aku hanya ingin mengobati luka di hatimu. Jika kau sudah merasa terobati saat itulah hukumanmu berakhir, dan aku akan menyudahi semuanya.”

Junhoe…
Apa benar ini Junhoe yang selalu menggangguku?


“Seberapa lama kau harus menjadi yeojachinguku itu ada padamu. Bahkan jika sekarang kau merasa lukamu sudah terobati, maka aku akan mencabut hukumanmu sekarang.”


‘DEG DEG’

Perasaan ini.
Benar-benar sama seperti saat pertama kali aku bertemu dengannya.

Ia berdetak diluar batas normal bahkan saat aku belum mengerti apa itu jatuh cinta. Perasaan seperti ini, keadaan dimana aku sulit mengendalikannya dan alasan kenapa aku selalu membiarkan Junhoe menggangguku, karena aku menyukai perasaan ini. perasaan berdebar yang entah kenapa membuatku bahagia.

“Jika kau tidak bisa menjaw–”


“Kalau begitu, aku tidak ingin sembuh agar kau terus mengobatiku!”

Kubalas pelukan Junhoe dan saat itulah aku mendengar detakan jantungnya. Detakan jantungnya yang seirama denganku.
Aku menyadarinya…
Menyadari bahwa menggangguku adalah cara Junhoe memberi perhatiannya padaku. Ia membutuhkan alasan untuk berbicara denganku. Ia bukan seseorang yang akan menarik perhatianku dengan memperlakukanku secara lembut tapi diam-diam ia melindungiku.
Ini bukanlah perasaan yang tiba-tiba muncul, tapi ini adalah perasaan yang dulu terpendam dan tak bisa disampaikan sebelum waktunya tiba.

Dan sekarang adalah waktunya.


-FIN-


3 komentar:

  1. ini tu ff ikon pertama yang aku baca..!!!!
    ahhhh greget.. June co cweet bgt
    byangi june ngomong manis gitu dgn suara sexynya bisa bikin klepek2..!!!!hehehe

    BalasHapus
  2. dia gak usah ngomong juga cewe udah klepek-klepek, hehe :D

    BalasHapus
  3. Àaaaaaa~ si suara gangster 😍

    BalasHapus

Harap untuk tidak berpromosi di kolom komentar dan berilah komentar dengan bahasa yang santun - Owner