*** LONG TIME NO SEE ***
Author ::: Riska Junaini
Genre :::
Romance
Rating :::
Teen
Length :::
Oneshoot
Main Cast :::
Goo Junhoe & Lee Ji Yoon (OC)
summary
Lee Ji Yoon dan Goo Junhoe yang merupakan musuh
bebuyutan bertemu kembali setelah 4 tahun terpisah. Ji Yoon yang sedang
mengalami masa-masa sulit setelah dikhianati kekasihnya harus menambah beban
hidupnya ketika tahu bahwa Junhoe adalah murid baru di kelasnya.
---000---
Berulang kali aku mencoba berbagai macam pakaian
yang ada di dalam lemariku tapi aku tidak menemukan satupun yang menurutku
cocok padahal jam sudah menunjukkan pukul 19.45 KST dan 15 menit lagi Mino oppa
menjemputku. Malam ini adalah kencan pertamaku dengannya dan aku benar-benar
tidak ingin terlambat. Akhirnya hanya tersisa satu dress berwarna pink pastel
di dalam lemariku. Dengan tergesa-gesa aku mengenakan dress tersebut lalu
dengan teliti memperhatikan bayanganku di depan cermin. Sejauh ini memang dress
inilah yang terbaik dan satu hal yang tiba-tiba kuingat adalah Mino oppa menyukai
gadis yang berpakaian dengan warna pink karena menurutnya itu membuat wanita
terlihat feminim, ya meskipun aku tidak terlalu suka disebut feminim karena aku
lebih suka disebut keren tapi apapun akan kulakukan demi Mino oppa
kesayanganku.
Waktu terus berjalan dan aku tidak ingin
berlama-lama karena jujur saja aku tidak sabar ingin melihat bagaimana kencan
pertamaku hari ini. Aku mulai membuka kotak make up dan memberi sedikit polesan
di wajahku. Rambut sepunggungku kubiarkan terurai dan kupasangkan bando
berwarna senada dengan dress yang kupakai. Sejurus kemudian aku menyibukkan
diri di depan lemari sepatu, memilih sepatu mana yang harus kupakai untuk
kencan pertamaku.
“High heels?”
Tidak! Tidak! Aku tidak pernah mengenakan benda itu
dan pasti itu akan membuat kakiku sakit setelahnya. Tapi… Mino oppa menyukai
gadis feminim kan? Jadi tidak ada salahnya jika aku mengenakan high heels. Lagi
pula high heels akan membuatku bertambah tinggi jadi aku tidak terlihat begitu
pendek saat berjalan disamping Mino oppa.
“Baiklah, ini demi kencan pertamaku!”
Aku mengambil high heels berwarna putih itu dan
langsung memakainya. Sedikit oleng karena ini adalah pertama kalinya bagiku
memakai high heels. Sambil menunggu Mino oppa datang menjemputku, aku
memutuskan untuk melatih cara berjalanku agar terlihat anggun. Tidak begitu
sulit tapi juga tidak begitu mudah karena aku tidak terbiasa berjalan selambat
ini. Konsentrasiku pecah saat ponsel yang kuletakkan di atas ranjang berdering.
Sedikit gugup untuk melihat ponselku karena bisa ditebak itu pasti telepon dari
Mino oppa dan ternyata benar!
“Hallo…”
“Ji
Yoon-ah…”
“Ada
apa oppa? Dari suaramu sepertinya sedang ada masalah”
“Aku
tidak bisa menjemputmu”
“Jadi?”
“Kau
langsung saja datang ke café Black Smith, aku akan menyusul”
“Tapi…
kenapa oppa?”
“Aku
ada sedikit urusan dengan dosen”
“Oh…
baiklah, aku akan menunggumu disana dan jangan terlalu lama oppa”
“Ya,
maaf mengecewakanmu Ji Yoon-ah”
“Tidak
apa-apa”
‘Tut… Tut… Tut…’
Aku melenguh lesu setelah percakapan kami terputus.
Tentu saja aku sedikit kecewa karena Mino oppa tidak jadi menjemputku, tapi aku
harus tetap bersyukur karena setidaknya ia masih menyempatkan untuk berkencan
denganku meskipun tugas kuliahnya sedang menumpuk. Untung saja ia tidak
membatalkan kencan kami hari ini, karena setelah ini aku tidak akan memiliki
banyak waktu luang. Hari ini adalah hari terakhir liburan musim panas dan mulai
besok para pelajar mulai masuk sekolah seperti biasa.
Pelajar? Ya aku adalah murid kelas 2 SMA Kirin
sementara Mino oppa adalah mahasiswa semester 3 di Universitas Kyung Hee.
Hubungan kami bisa seperti ini karena bantuan dari oppaku Lee Seung Hoon yang
merupakan sahabat Mino oppa sejak SMA dan mereka juga berada di Universitas
yang sama sekarang.
Saat itu Mino oppa dan teman-temannya yang lain
sering datang ke rumah untuk mengerjakan tugas bersama dengan Seung Hoon oppa,
juga setiap akhir pekan ia selalu datang dan membelikanku jagung bakar lalu
mengajakku makan bersama. Sudah sekitar 3 bulan kami dekat seperti ini dan baru
kali ini Seung Hoon oppa mengizinkanku pergi keluar berdua bersama Mino oppa.
Entahlah, oppaku hanya takut jika laki-laki itu menyakitiku karena menurut
pengamatannya Mino adalah laki-laki yang tidak bisa serius.
“Ugh, aku lapar”
Aku memang belum memakan apapun sejak tadi pagi
hingga malam ini karena terlalu senang memikirkan kencan pertamaku. Aku juga
tidak tau berapa lama Mino oppa akan terlambat. 15 menit? Setengah jam? Atau
bahkan lebih? Entahlah, kurasa akan lebih baik jika aku berangkat ke café Black
Smith sekarang dan mengisi perutku terlebih dahulu sembari menunggunya tiba.
---000---
Sudah 10 menit sejak aku berangkat dari rumah. Café
Black Smith memang tidak begitu jauh dari rumahku jadi aku memutuskan untuk
berjalan kaki dan yang kudapatkan adalah rasa pegal di betisku karena berjalan
menggunakan high heels ini.
“Jagung bakar?”
Tanpa basa-basi aku langsung menghampiri si penjual
jagung bakar dan memesan satu. Akan lebih baik jika aku mengisi perutku dengan
makanan yang tidak begitu mengenyangkan dulu jadi aku masih bisa makan saat
bersama Mino oppa nanti. Bukan karena aku rakus atau apa, tapi aku hanya sedang
kelaparan.
Aku berjalan menuju bangku yang disediakan oleh si
penjual dan duduk disana sembari melahap makananku. Sambil melahap makanan
favoritku ini, aku memperhatikan orang-orang yang memang kebanyakan remaja
berlalu lalang di jalanan bersama teman dan kekasihnya mungkin. Entah kenapa
aku tiba-tiba membayangkan betapa menyenangkannya jika aku bisa sering-sering
seperti ini bersama orang yang kusukai. Betapa bahagianya jika setiap akhir
pekan bisa berjalan berdampingan bersama seseorang bernama Song Mino.
“Mino oppa?”
Mataku menyipit memperhatikan seseorang berjacket
hitam yang sangat tidak asing bagiku. Tinggi badannya, gaya rambutnya,
benar-benar tidak asing bagiku tapi apa mungkin dia Mino oppa? Bukankah ia
sedang ada urusan dengan dosen. Karena penasaran aku pun memutuskan untuk
menghampiri orang tersebut. Tampaknya ia tengah menunggu seseorang.
“Mino-ya maaf membuatmu menunggu lama, chu~”
Satu kecupan manis melayang tepat di pipi kiri
laki-laki itu. Aku masih berdiri diam di tempatku yang berjarak 3 meter
darinya. Mereka tidak melihatku karena mereka dalam posisi membelakangiku dan
itu membuatku bisa melihat dengan jelas bagaimana gadis itu mencium pipi Mino oppa
dengan seenaknya. Ya Song Mino, Mino yang akan berkencan denganku malam ini.
Sakit!
Sepertinya sang dewa sedang membagi hatiku menjadi
dua patahan!
Dengan langkah gemetar dan sambil menahan rasa
sesak di dadaku, aku menghampiri dua orang itu yang sukses membuatku tidak mood
dan kehilangan selera makanku. Aku ingin memastikan bahwa ia adalah Mino oppa yang
kukenal dan aku siap akan semua resikonya jika memang laki-laki itu adalah Song
Mino.
“Oppa…”
Laki-laki itu menoleh saat aku memanggilnya
perlahan dan sejurus kemudian ia membelalakkan matanya kaget. Lalu secepat
kilat ia menyingkirkan tangan gadis yang tengah bergelayut manja di sisinya itu.
Ia tampak bingung harus mengatakan apa sementara aku hanya terdiam karena
ternyata ia memang Mino oppa. Mino yang selama ini membuat hatiku
berdebar-debar dan dia pula yang membuat hatiku benar-benar patah malam ini.
“Ji Yoon-ah”
‘PLAK!’
Tanganku dengan spontan menampar pipinya saat ia
menyebut namaku. Aku tidak tau kenapa aku melakukannya, tapi aku benar-benar
tidak suka saat ia menyebut namaku seperti itu setelah ia melakukan semua ini.
Ternyata benar apa yang selama ini dikhawatirkan oleh Seung Hoon oppa. Mino
hanyalah laki-laki brengsek yang mempermainkan perasaanku.
“Senang bisa mengenalmu, Song Mino-ssi!”
Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku yang
kuucapkan dengan penuh penekanan. Aku memanggilnya dengan formal. Ya! itu
tandanya aku tidak ingin lagi dekat dengannya. Aku tidak ingin memikirkannya
dan aku tidak ingin melihatnya! Aku memutar tubuhku dan mulai berjalan
meninggalkan mereka berdua.
“Ji Yoon tunggu!”
“Berhenti disana dan jangan mengikutiku!”
Teriakku cukup keras membuat beberapa orang mulai
memperhatikan kami. Bodoh! Harusnya aku bisa menjaga emosiku tapi aku
benar-benar payah. Sekarang aku akan menjadi tontonan yang menarik bagi mereka
semua.
“Aku tidak akan menceritakannya pada Seung Hoon
oppa asalkan kau menjauh dariku dan jangan pernah berusaha menemuiku!”
Ucapku sebelum akhirnya berlari meninggalkan mereka
semua karena aku tidak ingin orang-orang semakin memperhatikanku. Ucapanku pada
Mino tadi adalah serius. Aku tidak akan menceritakan hal buruk yang Mino
lakukan padaku pada Seung Hoon oppa, karena aku tidak ingin persahabatan mereka
hancur hanya karena masalahku.
“Ji Yoon, maafkan aku! Aku akan putus dengannya
sekarang! Kumohon Ji Yoon-ah dengarkan aku dulu!”
Aku tetap berlari tak menggubris apa yang Mino oppa
teriakkan padaku. Perasaanku sudah terlanjur sakit dan aku benar-benar tidak
ingin melihat wajahnya. Mendengar suaranya saja sudah membuat hatiku terasa
semakin hancur.
‘PLETAK’
“Argh, kakiku!”
Tanpa sengaja aku menyandung sebuah besi penutup
gorong-gorong saat tengah berlari di belokan jalan setelah cukup jauh dari
keramaian tadi. Heels sepatu kiriku patah dan kaki kiriku terpaksa berjinjit
untuk mengimbangi kaki kananku yang masih menggunakan high heels. Aku mengusap
peluh yang memenuhi dahiku karena menahan tangis dan lelah setelah berlarian.
“Benar-benar seperti orang bodoh!”
Gerutuku pada diriku sendiri lalu melanjutkan
perjalananku yang aku tidak tau harus pergi kemana karena aku tidak mungkin
pulang ke rumah dalam keadaan seperti ini, tentu saja akan membuat Seung Hoon
oppa curiga.
“Argh, menyusahkan sekali!”
Aku mencopot sepatu kananku dan mematahkan heelsnya
sehingga aku bisa berjalan dengan normal tanpa harus menjinjitkan sebelah
kakiku. Aku lalu mencampakkan asal patahan heels tersebut sekaligus untuk
meluapkan rasa kesalku.
“Kau laki-laki jahat!”
‘PLETAK’
Kudengar bunyi yang cukup kuat, entah bunyi apa itu
aku pun tidak tau. Aku sedang berusaha untuk tidak mempedulikan apapun
sekarang, dan hanya mempedulikan diriku sendiri yang menyedihkan ini. Aku
mengenakan kembali sepatu kananku dan memutar tubuhku ke arah lain. Sekarang
sepatu ini benar-benar terasa nyaman tanpa heels yang membuat betisku sakit.
“Hei! Nona!”
Eh, ada yang memanggilku? Aku menolehkan kepalaku
ke belakang untuk memastikan apakah orang itu memanggilku atau memanggil orang
lain, dan ternyata benar ia memanggilku dan bahkan mulai berjalan ke arahku.
“Berhati-hatilah
dengan siapapun yang berada diluar sana, banyak perampok berkeliaran”
Tiba-tiba ucapan Seung Hoon oppa kemarin terlintas
di kepalaku dan tanpa basa-basi aku segera mengambil ancang-ancang dan berlari
semampuku sebelum laki-laki yang memanggilku tadi semakin dekat. Beberapa kali
aku menoleh ke belakang untuk mengecek jarak laki-laki itu dariku dan sialnya
ia berlari sangat cepat sementara aku benar-benar sedang lelah sekarang.
“Baik! Baik! Aku akan memberikan tasku tapi tolong
berhenti mengejar!”
Sukses! Laki-laki itu berhenti dan mematung di
tempatnya. Aku hanya menunduk dan membelakanginya, tidak berani menoleh ke
arahnya. Aku mencengkeram erat ujung dressku sembari berusaha mengatur napasku.
“Aku akan melemparkan tas ini padamu setelah itu
tolong biarkan aku pergi, aku masih ingin menggapai cita-citaku jadi tolong
jangan apa-apakan aku ahjussi…”
Ucapku dengan suara memohon yang kubuat sesedih
mungkin. Aku rela jika orang itu ingin merampas harta bendaku, aku bisa
melaporkannya ke polisi kemudian tapi jika yang menjadi incarannya adalah aku
maka tamatlah riwayatku, masa depanku akan hancur.
‘GREB’
“aaaaaaaaaaaaaa!!!!”
Sekeras mungkin aku berteriak saat orang itu
menyentuh bahuku dan memutar tubuhku untuk menghadap padanya. Aku menundukkan
kepalaku sedalam mungkin agar orang itu tidak bisa melakukan hal yang
macam-macam. Aku bahkan memukuli wajahnya dengan cukup kuat menggunakan tas
kecil yang kubawa.
“Berhenti memukulku! Aku bukan perampok atau apapun
itu yang ada di pikiranmu!”
Sontak aku menghentikan pukulanku tapi masih dengan
mata terpejam dan wajah tertunduk dalam dan tentu saja rasa bingung yang
meliputiku seketika. Jika ia tidak berniat jahat lalu kenapa ia mengejarku
seperti itu? Aku tidak boleh lengah, mungkin saja orang ini berbohong padaku.
“Lalu… kenapa kau mengejarku?”
“Patahan heels ini milikmu kan?”
Patahan heels? kenapa orang ini menanyakan patahan
heels?
“I-itu…”
“Lee Ji Yoon…?”
Eh? Ia mengenalku?
Aku mengangkat kepalaku dan tepat saat kedua mata
kami bertemu…
Saat itulah aku merasa waktu sedang berjalan
mundur, mengingatkanku akan semua tentang orang di hadapanku ini.
“Si
gadis pendek hari ini mendapat nilai 30 pada ulangan matematika dan aku
mendapat nilai 50. Nilaiku lebih tinggi jadi ia harus menjadi pesuruhku selama
seminggu. Bukankah ini menarik teman-teman?”
“Nilaimu
hanya lebih 20 poin dariku kenapa aku harus menjadi pesuruhmu, dasar pipi
bulat!”
Laki-laki ini? orang yang ada di hadapanku
sekarang? apa benar laki-laki ini adalah si pipi bulat? Tapi kemana pipi
bulatnya? Dan bukankah ia…
“Si
pipi bulat pindah ke London dan meneruskan sekolahnya disana untuk waktu yang
lama, mungkin hingga sarjana. Tidak akan ada yang mengganggumu lagi Ji Yoon-ah
jadi kau tenang saja.”
“K-kau Goo Junhoe…?”
Hening.
Tidak ada kata apapun yang terucap baik dariku
maupun dari laki-laki di hadapanku ini. Namun, sejak tadi mata kami tak pernah
lepas bertatapan untuk meyakinkan diri kami masing-masing bahwa apa yang kami
lihat sekarang adalah benar orang yang ada dalam ingatan kami masing-masing.
“Jadi benar ini kau?” “Jadi benar ini kau?”
Eh? Apa-apaan ini? kenapa aku dan dia mengucapkan
hal yang sama. Dan ekspresinya itu mengatakan bahwa ia adalah Goo Junhoe. Si
pipi bulat yang selalu mengangguku dan selalu mengumumkan nilai-nilai jelekku
di depan kelas saat SMP. Ya! Tentu saja aku tidak akan lupa dengan wajah
menyebalkannya.
“Lama tidak bertemu”
Benar.
Sudah 4 tahun sejak si pipi bulat tidak pernah
menggangguku.
Jujur aku tidak tau harus berkata apa sekarang.
Kehadirannya yang tiba-tiba disaat aku tidak memikirkannya sama sekali
benar-benar membuat perasaanku campur aduk. Aku sama sekali tidak menduga kami
akan bertemu lagi tanpa disengaja. Mengingat bagaimana waktu itu ia tiba-tiba
pergi tanpa berpamitan pada siapapun, dan sekarang ia muncul disaat-saat tidak
terduga seperti ini. Ia datang dan pergi sesukanya.
“Ya, sudah 4 tahun”
“Kau menghitungnya?”
Sial! Pertanyaannya benar-benar membuatku mati kutu
sekarang. Ia selalu saja berhasil menyudutkanku dengan kata-katanya bahkan
sejak dulu ia selalu menang jika sudah menyangkut tentang adu mulut. Ia seperti
ahjumma menyebalkan yang tidak pernah berhenti mengoceh.
“Aku tidak menghitungnya, hanya asal menebak”
Tidak! Aku tidak bisa membiarkan suasana ini
berlangsung terus-menerus, aku harus mengalihkan pembicaraan.
Oh! Patahan heels! bukankah ia mengejarku karena
patahan heels itu?
“Jadi, kenapa patahan heelsku ada padamu?”
Ia menunjukkan patahan heelsku yang tadi kulempar
sembarang dan entah kenapa ada bekas darah di tangan Junhoe. Dengan penuh
pertanyaan aku menatap wajahnya yang penuh rasa kesal.
Eh, apa aku melakukan kesalahan? Aku benar-benar tidak
mengerti.
“Karena ulah cerobohmu ini, aku mendapatkan ini.”
Junhoe menundukkan kepalanya padaku dan menunjukkan
bagian di kepalanya yang sedikit berdarah. Tapi apa maksudnya dengan ‘ulah
ceroboh’ yang kulakukan. Apa mungkin…?
“Kau melempar patahan heelsmu dengan sangat kuat
tanpa melihat-lihat apakah ada orang disana dan benda sial ini akhirnya
mengenai kepalaku.”
“Eh?”
“Jika yang melempar ini adalah orang lain maka aku
hanya akan meminta biaya pengobatan tapi karena pelakunya adalah kau, aku jadi
berpikir tentang hal lain.”
Berpikir tentang hal lain? apa maksudnya? Apakah
ia…?
“Ya! Dasar otak mesum!”
Lagi-lagi aku memukulinya dengan tas kecilku. Terus
memukulinya sebelum akhirnya Junhoe menahan kedua tanganku dan menatapku tajam.
Sial!
Kenapa aku jadi gugup?
“Kau yang berotak mesum, aku bahkan tidak
memikirkan tentang hal itu sama sekali. Sekarang cepat obati aku sebagai
ungkapan rasa bersalahmu dan traktir aku makanan sebagai rasa maaf karena kau
sudah sembarangan menuduhku mesum.”
Wah, benar-benar menyebalkan. Jauh lebih
menyebalkan daripada yang kukenal dulu. Semakin dewasa ia semakin cerewet.
Tarik ucapanku yang mengatakan bahwa ia seperti ahjumma cerewet, sekarang ia
lebih mirip seperti nenek penjual ikan yang selalu mengoceh di pasar.
“Baiklah, aku akan me–“
‘Drrtt… Drrtt…’
Dengan segera aku mengambil ponsel di tas kecilku.
Sedikit cemas karena aku takut jika yang menelepon adalah Seung Hoon oppa, aku
tidak tau harus bicara apa jika ia menanyakan mengenai Mino.
‘Mino
^з^’
Eh, ternyata dia. Kenapa ia meneleponku? Bukankah
sudah jelas bahwa aku tidak akan memberikan kesempatan kedua atau apapun itu
padanya. Aku bukan tipe gadis yang pemaaf jika itu menyangkut perasaan. Kutekan
tombol reject dan mematikan ponselku agar ia tidak meneleponku lagi.
“Kenapa tidak kau angkat?”
“Bukan urusanmu.”
Jawabku ketus lalu melangkahkan kakiku menuju
minimarket untuk membeli plester dan obat merah untuk Junhoe. Ia masih diam di
tempatnya seperti sedang berpikir.
“Apa yang kau lakukan disana? Bukankah kau ingin
aku mengobatimu. Cepat ikut aku sebelum kau geger otak dan menjadi idiot!”
“Ya! Apa kau barusan mengataiku idiot?”
Aku tau setelah ini ia akan terus mengoceh dan
balas mengataiku tapi entah kenapa kali ini aku senang mendengar semua itu,
sudah lama aku tidak pernah mendengar ocehannya jadi anggap saja itu obat untuk
kerinduanku.
---000---
Hari pertama sekolah setelah liburan musim panas.
Suasana kelas sudah ramai, sepertinya aku dan
Donghyuk yang datang terlambat pagi ini. Donghyuk adalah tetanggaku sekaligus
sahabatku sejak kecil, kami selalu berangkat bersama ke sekolah dan hari ini
kami terlambat karena aku bangun terlambat dan Donghyuk dengan setia
menungguku. Untung saja gerbang sekolah belum ditutup. Kami langsung duduk di
bangku paling belakang barisan ketiga dari kanan. Hal lain tentang aku dan
Donghyuk adalah kami juga teman sebangku. Ia termasuk pintar jadi aku bisa
menconteknya saat ada ulangan, hehe.
“Jadi, bagaimana kencanmu dengan Mino?”
“Buruk…”
Jawabku lesu lalu membaringkan kepalaku di atas
meja. Donghyuk menepuk-nepuk punggunggku memberi semangat lalu sedetik kemudian
memukul pelan mejaku dengan tangannya.
“Itu akibatnya jika kau tidak mau mendengar ucapan
sahabatmu. Seorang sahabat itu tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk
sahabatnya, semacam ikatan batin.”
“Kau dan Seung Hoon oppa benar, seharusnya aku
lebih teliti jika itu menyangkut tentang perasaan.”
Bicara tentang Seung Hoon oppa, ia sudah mengetahui
semua yang terjadi padaku dan Mino kemarin malam. Ternyata Mino meneleponnya
dan minta maaf padanya, dan ia minta pada Seung Hoon oppa agar tak menanyakan
apapun padaku. Seung Hoon oppa menceritakan padaku bagaimana menyeselnya Mino
karena sudah mengkhianatiku, aku sudah memaafkannya tapi tidak ada kesempatan
kedua dalam kamusku.
“Anggap saja ini sebagai pelajaran agar kau tidak
sembarangan berhubungan dengan seseorang Ji Yoon-ah.”
Aku mengangguk mengiyakan ucapan Donghyuk sebelum
akhirnya otakku tiba-tiba mengingat sesuatu. Goo Junhoe!
“Donghyuk-ah, semalam aku bertem–”
“Pagi Kim seonsaengnim…”
Ucap seluruh murid serentak saat Kim seonsaengnim
wali kelas kami masuk ke dalam kelas. Tunggu, hari ini kan tidak ada jadwal
pelajaran Kim seonsaengnim, lalu kenapa ia masuk ke kelas. Ah, mungkin ia ingin
memberi semangat setelah liburan musim panas berakhir. Ia memang sering memberi
motivasi pada setiap murid dan ya itu cukup membantu.
“Bagaimana liburan kalian? Apakah menyenangkan?”
“Ne…”
“Murid baru, masuklah”
Eh, murid baru?
Kelas ini kedatangan murid baru?
Kuharap ia laki-laki dan berpenampilan keren
seperti Kim Tan di drama The Heirs, Choi Young Do pun tak apa yang penting
mirip seperti aktor.
“Annyeong haseyo…”
TUNGGU!
D–dia?
“Namaku Goo Junhoe, aku pindahan dari London.”
APA-APAAN INI?
Diantara ribuan manusia kenapa harus dia yang
menjadi murid baru di kelasku?
“Senang bisa bertemu dengan kalian.”
Eh, kenapa ia mengucapkannya sambil melihat ke arahku?
Jangan tatap dia! Jangan tatap dia!
“Ji Yoon-ah, apa benar ia Junhoe?”
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban atas
pertanyaan Donghyuk. Tentu saja Donghyuk mengenalnya karena kami satu sekolah
saat SMP. Sementara murid-murid lain mulai memuji Junhoe terutama murid
perempuan. Tentu saja mereka akan menganggap Junhoe keren karena mereka belum
tahu seberapa menyebalkannya laki-laki bernama Goo Junhoe itu.
Ia melangkah menuju kursi disamping mejaku,
tepatnya meja kosong di sebelah Jungkook, ia akan menjadi teman sebangku
Jungkook si muka bayi dan ia akan menjadi tetanggaku di kelas ini karena meja
kami yang bersebelahan.
“Junhoe-ya, bagaimana kabarmu?”
Kulihat Donghyuk dengan senang hati menyapa si pipi
bulat, padahal baru tadi pagi ia bicara tentang ikatan batin. Tidak taukah ia
bahwa batinku sedang berteriak kesal karena kehadiran Junhoe.
“Tentu saja baik Donghyuk-ah, bagaimana denganmu? Dan
siapa gadis yang duduk disampingmu itu? Apa ia kurcaci? Ia pendek sekali.”
Lihatkan! Ia mulai mencari masalah denganku.
“Aku juga baik Junhoe-ya, gadis disampingku ini aku
juga tidak mengerti kenapa ia pendek sekali, padahal aku sudah membelikannya
susu setiap hari.”
“Aku akan mencekikmu Kim Donghyuk.”
“Wah, selain pendek ia juga menyeramkan ternyata.”
Aku memberikan death-glare ke arah Junhoe sementara
ia hanya menanggapinya dengan senyuman mengejek, seolah aku hanyalah seekor kucing
yang mengerang padanya. Aku bersumpah jika saja Kim seonsaengnim tidak ada di
depan, maka aku akan memukulinya seperti kemarin malam.
“Cho seonsaengnim tidak masuk, ia meminta kalian
agar mempelajari materi matriks dan bersiap-siap untuk ulangan minggu depan.
Kalau begitu aku pergi dulu, aku harus mengajar di kelas lain.”
“Ne seonsaengnim…”
U–ulangan?
Cho seonsaengnim memang gila!
Kami baru saja masuk sekolah dan ia sudah ingin
melaksanakan ulangan, ditambah lagi aku benci matematika. Matematika membuat
kepalaku sakit!
Argh! Kenapa semuanya begitu menyebalkan sejak
kemarin?
Aku melipat kedua tanganku di atas meja dan
membenamkan wajahku di antaranya. Kudengar murid-murid lain mulai mengeluh
karena ulah gila Cho seonsaengnim.
Kenapa semuanya terasa menyebalkan bagiku?
Hubunganku dan Mino berakhir, Junhoe yang tiba-tiba
muncul dan menggangguku, dan ulangan minggu depan yang membuat kepalaku serasa
ingin meledak.
“Ji Yoon-ah…”
Lagi-lagi ia memanggilku, mau apa lagi sekarang?
“Bagaimana jika kita taruhan?”
Taruhan?
“Taruhan apa maksudmu?”
“Kau dan aku, siapa yang mendapatkan nilai lebih
tinggi bebas meminta apapun dan yang mendapat nilai rendah harus menerima
hukuman. Bagaimana?”
“Seperti bocah”
Ucapku. Tapi tunggu, bukankah ini akan jadi
menarik? Jika aku yang menang maka aku bebas melakukan apapun pada Junhoe dan
saat itulah aku akan membalas semua perlakuan menyebalkannya sejak SMP.
Baiklah, walau aku tau matematika akan sangat sulit untukku tapi aku akan berusaha
demi membalas semua perbuatan Junhoe si pipi bulat menyebalkan.
“Baik, aku setuju!”
Ucapku mantap. Kupastikan Junhoe akan menerima
semua pembalasanku. Aku akan mendapatkan nilai tinggi. Lihat saja!
---000---
2 minggu kemudian…
“Kenapa harus di atap sekolah? Kau punya niat buruk
padaku ya?”
Tuduhku sambil menatap tajam pada Junhoe. Hasil ulangan
matematika kami sudah dibagikan dan entah kenapa ia mengajakku ke atap sekolah
hanya untuk melihat nilai ulangan kami. Apa ia takut seisi kelas mengetahui
nilai jeleknya? Haha sudah kuduga aku akan menang, aku tidak sebodoh saat SMP.
“Kau duluan”
‘89’
Dengan senang hati aku menunjukkan hasil ulanganku
dan benar saja Junhoe tampak terkejut. Pertanda semua rencana balas dendamku
akan berjalan lancar kali ini. Goo Junhoe, bersiap-siaplah menjadi pembantuku!
“Giliranmu”
‘100’
APA?
Se–seratus?
Ni–nilai sempurna?
Goo Junhoe mendapatkan nilai sempurna?
“Tidak! Aku membatalkan taruhan kita!”
Ucapku lalu berlari sebelum Junhoe menyuruhku
menjadi pembantunya seperti SMP dulu. Tapi percuma, kaki panjangnya benar-benar
cepat jika dibandingkan dengan langkah pendekku.
“Kau tidak boleh lari, kau harus menerima
hukumanmu. Kau kan sudah menyetujuinya.”
Ia benar.
Aku yang menyetujui ajakannya dengan penuh semangat
waktu itu, dan sekarang aku ingin kabur. Aku tidak boleh seperti ini, aku harus
menjaga harga diriku meski aku tau harga diriku sudah tidak ada artinya jika
sudah berurusan dengan laki-laki bernama Goo Junhoe.
“Baiklah, apa hukumanku? Apa aku harus
menggendongmu setiap pulang sekolah? Membuatkan bekal? Mentraktirmu selama
seminggu?”
“Itu kedengaran bagus, tapi aku punya rencana yang
lebih baik.”
Rencana yang lebih baik?
Terdengar mencurigakan. Dan ada apa dengannya? Kenapa
Junhoe tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke arah lain? ia juga tampak gugup
sekarang.
“Jadi… apa hukuma–”
“Jadilah yeojachinguku”
Hening.
A–apa aku tidak salah dengar?
Apa barusan ia mengatakan ‘yeojachingu’?
Tidak! Aku tidak boleh begitu saja mempercayainya!
“Kau… hanya ingin mempermainkanku kan?”
‘GREB’
I–ia memelukku…
Seolah ingin menenangkanku yang memang membutuhkan
ketenangan.
“Aku lihat semuanya saat kau menangis karena Mino
saat itu. Aku… aku hanya ingin mengobati luka di hatimu. Jika kau sudah merasa terobati
saat itulah hukumanmu berakhir, dan aku akan menyudahi semuanya.”
Junhoe…
Apa benar ini Junhoe yang selalu menggangguku?
“Seberapa lama kau harus menjadi yeojachinguku itu
ada padamu. Bahkan jika sekarang kau merasa lukamu sudah terobati, maka aku
akan mencabut hukumanmu sekarang.”
‘DEG DEG’
Perasaan ini.
Benar-benar sama seperti saat pertama kali aku
bertemu dengannya.
Ia berdetak diluar batas normal bahkan saat aku
belum mengerti apa itu jatuh cinta. Perasaan seperti ini, keadaan dimana aku
sulit mengendalikannya dan alasan kenapa aku selalu membiarkan Junhoe
menggangguku, karena aku menyukai perasaan ini. perasaan berdebar yang entah
kenapa membuatku bahagia.
“Jika kau tidak bisa menjaw–”
“Kalau begitu, aku tidak ingin sembuh agar kau terus
mengobatiku!”
Kubalas pelukan Junhoe dan saat itulah aku
mendengar detakan jantungnya. Detakan jantungnya yang seirama denganku.
Aku menyadarinya…
Menyadari bahwa menggangguku adalah cara Junhoe
memberi perhatiannya padaku. Ia membutuhkan alasan untuk berbicara denganku. Ia
bukan seseorang yang akan menarik perhatianku dengan memperlakukanku secara
lembut tapi diam-diam ia melindungiku.
Ini bukanlah perasaan yang tiba-tiba muncul, tapi
ini adalah perasaan yang dulu terpendam dan tak bisa disampaikan sebelum
waktunya tiba.
Dan sekarang adalah waktunya.
-FIN-
ini tu ff ikon pertama yang aku baca..!!!!
BalasHapusahhhh greget.. June co cweet bgt
byangi june ngomong manis gitu dgn suara sexynya bisa bikin klepek2..!!!!hehehe
dia gak usah ngomong juga cewe udah klepek-klepek, hehe :D
BalasHapusÀaaaaaa~ si suara gangster 😍
BalasHapus