Selasa, 24 September 2013

That Woman (I Realize That I Love You)



Author ::: Riska Junaini
Genre ::: Marriage, Romance, Sad
Rate ::: Teen
Lenght ::: Oneshoot
Cast ::: Park Chanyeol & Lee Ji Yoon (OC)
 
~~~
“Chan..”

“Hmm..”
 

“Apa kau pulang larut lagi malam ini?”
 

“Ne..”
 

“Aku akan membuatkan makanan yang enak untukmu.”
 

“Kau tidak perlu melakukan itu.”
 

“Tap–”

Suara bass namja itu kini terganti dengan suara putusnya sambungan telepon diantara mereka berdua malam itu. Ji Yoon menatap sendu layar ponselnya, berharap ia masih bisa mendengar suara namja itu. Namja yang sudah 6 bulan ini menjadi suaminya. Namja yang ia cintai sejak 3 tahun lalu.


Flashback On
 
Mata Ji Yoon terus tertuju pada sosok namja bertubuh tinggi, berwajah tampan sekaligus cute, dan ekspresi cerianya yang khas. Matanya terus mengikuti setiap gerakan namja itu saat tengah beraksi di lapangan basket. Sesekali Ji Yoon membuang pandangannya ke arah lain saat ada orang lain yang tengah memergokinya.
Ji Yoon tidak tau mengapa ia melakukan ini? tapi, ada sebuah kedamaian di hatinya saat melihat senyuman namja itu. Ji Yoon menjadi seperti bayangan namja itu. Dimana ada Chanyeol, maka disitu ada Ji Yoon. Ia seperti terpesona oleh sosok Chanyeol, hanya saja namja itu tak kunjung menyadari kehadirannya.
***
“Chukkaeyo^^ kau lulus dengan nilai yang baik. Semoga aku bisa bertemu lagi denganmu.
Chanyeol menatap selembar kertas kecil berwarna biru muda dan membolak-balikkan kertas itu. Juga ada sebuah kado yang dihias dengan pita biru muda terpajang dimejanya saat ini. Lagi-lagi namja itu membolak-balikkan kertas kecil itu, berusaha mencari tau siapa pengirimnya. Namun, usahanya sia-sia.

“Mungkin hanya fans.” batin Chanyeol kemudian memasukkan kedua benda itu ke dalam ranselnya.
Ji Yoon tersenyum saat tau namja itu memasukkan kado pemberiannya kedalam tas. Ia senang bisa memberikan hadiah untuk hari kelulusan Chanyeol. Sebuah sweater hangat dengan warna biru muda yang ia rajut sendiri dengan tangan mungilnya. Ia beharap namja itu akan memakainya setiap musim dingin tiba. Seulas senyum terukir di wajah Ji Yoon. 

Meskipun perasaannya masih belum dia ungkapkan sepenuhnya, tapi ia sudah cukup bahagia dengan hal ini. Entahlah, ada keyakinan dalam hatinya yang mengatakan bahwa suatu saat nanti ia akan mengatakan seluruh perasaannya pada namja itu, hingga ia menunda untuk mengatakannya sekarang.

 Flashback Off
Ji Yoon menatap layar ponselnya. Ia berjalan menuju dapur dan mengambil dua bungkus ramen untuk dimasak. Ia menyibukkan diri dengan memasak untuk suaminya. Ia ingin menunggu hingga namja itu pulang dan tidur dengan nyenyak.
“Ceklek”
Terdengar bunyi knop pintu yang dibuka. Chanyeol masuk kemudian kembali mengunci pintu dan melepas sepatunya. Ia tertegun saat melihat istrinya tertidur di meja makan dengan tangan yang ia jadikan sebagai bantal. Chanyeol berjalan mendekati yeoja itu kemudian menatap sejenak dua mangkuk ramen yang tersedia di atas meja.
Bangun...” lirih namja itu berusaha membangunkan Ji Yoon. Chanyeol menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya –Pukul 23.30 KST–.

“Ji Yoon...” lirih Chanyeol lagi. Ji Yoon mengerjapkan matanya perlahan hingga terbuka sepenuhnya saat menyadari namja yang ia tunggu sudah pulang.

“Chanyeol..” lirih Ji Yoon dengan mata berbinar.

“Bukankah aku sudah mengatakan agar kau tidak perlu memasak makanan untukku. Aku ingin langsung istirahat dan tidur. Jika seperti ini, kau hanya membuang-buang makanan.” ucap Chanyeol yang membuat raut wajah Ji Yoon berubah seketika. Chanyeol menatap Ji Yoon tajam sedangkan Ji Yoon hanya menundukkan kepalanya.

“Mianhae..” hanya itu yang keluar dari bibir Ji Yoon. Yeoja itu tidak bisa mengucapkan banyak kata karena ia sedang berusaha kuat menahan air matanya yang beberapa detik lagi akan jatuh. Chanyeol melangkah menuju kamar, meninggalkan Ji Yoon yang masih terduduk di meja makan sendirian.
“TES”
Bulir-bulir yang ia tahan akhirnya jatuh. Ia tidak marah jika Chanyeol bersikap seperti itu padanya. Ia justru marah pada dirinya sendiri yang tidak mau mendengarkan perkataan Chanyeol. Ji Yoon segera membereskan dua mangkuk ramen yang tadi ia buat. Ji Yoon melangkah lesu menuju kamarnya. Ia menatap pintu kamar disebelahnya yang sudah tertutup.

“Ia pasti sangat lelah."
~~~
“Fiuh~”

Chanyeol merebahkan tubuhnya diranjang miliknya. Ia menatap kosong langit-langit kamarnya seolah menerawang sesuatu. Ia memejamkan matanya perlahan dan sebuah memori terputar di otaknya.


 Flashback On

“Setelah lulus aku akan melanjutkan ke Universitas Parang dan mengambil jurusan kedokteran. Bagaimana denganmu?” tanya seorang yeoja yang duduk di depan Chanyeol.


Soyoung-ah, aku akan melanjutkan sekolah di luar negeri dan mengambil jurusan bisnis. Setelah itu aku akan kembali ke Korea dan melamarmu. Aku akan mengenalkanmu pada Eomma dan Appa setelah aku sukses.” ucap Chanyeol penuh keyakinan disetiap ucapannya.

Yeoja itu tersenyum mendengar ucapan namja itu, hingga beberapa detik kemudian ia memeluk namja itu erat, seolah tak ingin kehilangan namja itu.

"Berjanjilah kau akan terus menungguku.” bisik Chanyeol pada yeoja itu.

"Ne..."
  
~~~
3 Tahun Kemudian

“Eomma! Appa! Noona! Aku sangat merindukan kalian.” teriak Chanyeol saat melihat keluarganya yang sedang menunggunya di bandara. Namja jangkung itu langsung memeluk eommanya kemudian disusul dengan Appa dan Noonanya.

“Aigoo~ anakku semakin tampan. Yura-ah, kau lihat adikmu ini. Ia tampak lebih dewasa darimu sekarang.” ucap Eommanya sembari mengacak rambut Chanyeol. Chanyeol terus tersenyum mendengar semua ocehan Eommanya yang sudah 3 tahun ini tidak ia dengar, hingga ia menyadari sesuatu. Ada seorang yeoja yang tengah memperhatikannya sekarang. Yeoja itu berdiri disamping sang Noona.
“Ah, ini Lee Ji Yoon. Dia anak dari Lee Joon ahjussi. Kau ingat Lee Joon ahjussi kan?” tanya Eomma pada Chanyeol. Chanyeol mengangguk kemudian menatap yeoja itu sesaat. Ji Yoon membungkukkan badannya 90 derajat, memberi salam pada Chanyeol.
“Apa disana sedang musim dingin?” tanya Yura sang Noona. “Ne, karena itu aku memakai sweater hangat.” jawab Chanyeol. “Eomma, kajja pulang! Aku sangat rindu pada rumah dan aku juga merindukan seseorang.” ucap Chanyeol yang sukses membuat raut wajah Eommanya berubah.
~~~
2 Bulan Kemudian

“Oppa, Aku akan pergi jadi kau tidak perlu melakukan acara pemberkatan itu bersamaku besok. Aku tidak ingin kau hidup tanpa cinta.” lirih Ji Yoon pada Chanyeol yang tengah berdiri membelakanginya di depan sebuah cermin besar. Hanya ada mereka berdua di ruangan itu.

“Kau tidak perlu melakukan itu.” ucap Chanyeol singkat. Ji Yoon mendongak menatap punggung Chanyeol.

“Appa sedang sakit, dan ia ingin aku menikah denganmu. Aku tidak ingin membuat Appaku kecewa jadi aku harus melakukannya. Ini demi Appa. Tidak masalah jika aku hidup tanpa cinta.” ucap Chanyeol penuh penekanan di setiap kata-katanya.

“Kau yakin Oppa?” tanya Ji Yoon dengan suara bergetar. Chanyeol membalikkan badannya dan menatap yeoja yang berdiri cukup jauh darinya.

“Aku punya beberapa permintaan. Pertama, setelah kita menikah, kita harus tidur dikamar yang berbeda. Dan yang kedua, jangan panggil aku Oppa!” ucap Chanyeol kemudian meninggalkan yeoja itu sendirian. Hatinya berkecamuk namun ia berusaha berpikir dewasa dan memilih untuk membahagiakan orangtuanya daripada membahagiakan dirinya sendiri.


Flashback Off
Soyoung-ah, sampai detik ini aku masih mencintaimu dan aku sangat merindukanmu.” lirih Chanyeol hingga alam sadarnya mulai hilang dan ia tertidur nyenyak.
***
“Chanyeol!

Ji Yoon berlari sembari menyerahkan kotak makanan untuk suaminya yang sudah melangkah menuju mobil.

“Ini untuk makan siangmu di kantor.”

Ucapnya dengan sebuah senyuman. Chanyeol mengambil kotak makanan itu kemudian masuk kedalam mobilnya.

“Hati-hati dijalan.”

ucap wanita itu saat suaminya pergi. Ji Yoon mematung di tempatnya. Chanyeol semakin hari semakin dingin padanya. Bahkan ia tidak mengatakan apapun pada Ji Yoon pagi ini. Senyuman Chanyeol yang dulu sangat ia sukai kini tak pernah muncul. Ji Yoon merasa sudah menghancurkan kebahagiaan suaminya. Ji Yoon masuk kedalam rumahnya kemudian mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
~~~
“Eonni, apa aku bisa sembuh?” tanya Ji Yoon pada seorang dokter yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

“Kemungkinan itu ada tapi sangat kecil Ji Yoon-ah.” jelas sang dokter tidak tega.

“Eonni, aku ingin melihat suamiku tersenyum sebelum aku pergi. Tidak bisakah kau membantuku? Aku ingin hidup lebih lama. Aku ingin. . .” kalimat Ji Yoon terputus karena ia tak mampu menahan air matanya.

“Ji Yoon-ah. . .” lirih sang dokter kemudian memeluk Ji Yoon. “Eonni.. Aku hanya ingin melihat senyumnya. Senyum yang selalu membuat hatiku tenang” suara Ji Yoon semakin parau. Hanya pada sang dokter Ji Yoon bisa meluapkan semua emosinya dan perasaannya.
~~~
7 Hari Kemudian
 
“Saengil Chukka ^^”

Sebuah kertas kecil berwarna biru muda dan sebuah cake terpajang di meja makan. Chanyeol menarik napasnya perlahan kemudian duduk dan memperhatikan cake buatan istrinya. Chanyeol menatap pintu kamar Ji Yoon yang tertutup rapat.

“Kenapa ia tak memberikannya secara langsung” batin Chanyeol. Chanyeol kini memfokuskan tatapannya pada kertas kecil berwana biru muda itu. Kertas itu sama persis seperti kertas yang ia dapatkan 3 tahun lalu, saat hari kelulusan. Chanyeol berjalan menuju kamarnya dan mengambil sesuatu.
Ia membandingkan kertas yang ia dapatkan 3 tahun lalu dan yang ia dapatkan sekarang. Raut wajahnya semakin serius saat menyadari tulisan di kedua kertas itu sangat mirip. 

“Apa benar Ji Yoon yang mengirim sweater hangat itu untukku?” gumam Chanyeol.
“Tok Tok Tok”
Chanyeol mengetuk pintu kamar Ji Yoon, tapi tak ada balasan dari dalam.

“Apa ia sudah tidur?” batin Chanyeol.

Ia membuka pintu kamar Ji Yoon sedikit kemudian mengintip ke dalam. Ji Yoon tertidur, tapi bukan di ranjangnya. Ia tertidur di lantai dan hidungnya berdarah.

“Ji Yoon-ah! Bangun! Bangun!” Chanyeol panik dan berusaha membangunkan istrinya tapi hasilnya nihil. Dengan segera ia menggendong tubuh Ji Yoon menuju mobil dan membawanya menuju rumah sakit.
~~~
“Jadi... kau suaminya?” tanya dokter yang menangani Ji Yoon. Chanyeol mengangguk lesu. Suasana tegang tercipta diantara mereka berdua.

“Kau sudah berhasil menjadi dokter, Soyoung-ah.” lirih Chanyeol.

“Ia pasienku. Kau membuatnya begitu sakit, Chanyeol.” ucap sang dokter penuh penekanan. 

“Aku menikahinya karena orangtuaku.” ucap Chanyeol.

“Tidak bisakah kau tersenyum untuknya? Ia sangat menginginkan itu.” balas sang dokter. 

“Aku hanya tersenyum saat bersamamu.” ucap Chanyeol.
“PLAK”
Sebuah tamparan mendarat di pipi Chanyeol. “Tidak peduli seberapa lama aku menunggumu. Kenyataannya, kau sudah menikah dengan yeoja lain. Kau tidak boleh terus mengharapkanku seperti aku mengharapkan kedatanganmu! Kau harus mencintai yeoja itu! Ia jauh lebih baik dariku.” pertahanan Soyoung akhirnya roboh. Air matanya lolos begitu saja.

“Jika aku tau kau orang yang membuat Ji Yoon menderita sudah sejak dulu aku menamparmu.” tegasnya.

Chanyeol terdiam merenungi setiap perlakuan yang ia berikan pada Ji Yoon. Perlakuan dinginnya dan kata-katanya yang mungkin menusuk perasaan Ji Yoon.
Flashback On

Selamat malam.” lirih Ji Yoon pada Chanyeol yang tengah tertidur pulas di sofa. Ji Yoon mematikan televisi di kamar Chanyeol yang masih menyala. Ia menyelimuti tubuh Chanyeol dengan selimut tebal.


Ji Yoon menggerakkan tangan kanannya, berniat mengelus rambut suaminya. Namun, ia membatalkan niatnya. Ia tersenyum melihat wajah tenang suaminya.

“Oppa. . .” lirih Ji Yoon lagi.

“Semoga Tuhan selalu menjagamu saat kau tidur.” lirih Ji Yoon kemudian melangkahkan kakinya perlahan meninggalkan kamar Chanyeol.
Chanyeol membuka matanya saat didengarnya suara pintu tertutup. Ia sebenarnya belum tidur. Ia menarik napasnya dalam-dalam saat membayangkan perlakuan Ji Yoon padanya beberapa saat yang lalu. Ada sesuatu yang seperti menusuk hatinya saat mendengar Ji Yoon mengucapkan kata ‘Oppa’. Yeoja itu mungkin sangat ingin memanggilnya Oppa tapi ia melarangnya.
~~~
Ji Yoon terpaku menatap anak-anak kecil yang tengah asik bermain di taman. Mereka berlari kesana-kemari sembari tertawa dan terkadang menangis saat mereka terjatuh.

“Mereka semua menggemaskan” batinnya. Ia menatap sejenak ke arah Chanyeol yang juga terpaku menatap anak-anak itu.

“Kau suka mereka?” tanya Ji Yoon pada Chanyeol.

“Hmm, mereka lucu” jawab Chanyeol singkat dan pandangannya masih fokus pada anak-anak itu.

“Chanyeol...” lirih Ji Yoon dengan nada serius. Chanyeol menoleh ke arahnya dan menatapnya yang tengah menundukkan kepalanya.

“Sebagai seorang yeoja, menjadi ibu adalah hal yang paling menyenangkan. Dan–” kalimat Ji Yoon terputus karena Chanyeol memotong pembicaraannya.

“Maaf, aku tidak bisa melakukannya karena aku belum siap.” ucap Chanyeol kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan ke tempat lain. Ji Yoon menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Ia kembali menatap anak-anak kecil yang masih asik bermain. Namun, perasaannya tak bisa dibohongi. Ia menangis mengingat betapa bodohnya ia mengharapkan Chanyeol mau memenuhi keinginannya. Apalagi untuk masalah yang serius.


Flashback Off
Kau harus menemuinya.” seru Soyoung pada Chanyeol. Chanyeol melangkah menuju ruangan bernomor sepuluh yang tertera di pintu. Ia masih berdiri diluar dan berusaha meyakinkan hatinya.

“Keluarga belum diperkenankan untuk menjenguk” ucap sang perawat yang baru saja keluar dari ruangan tempat Ji Yoon dirawat.

“Suster, boleh aku tahu apa penyakit yang dideritanya?” tanya Chanyeol.

“Ada cairan yang masuk ke otaknya dan itu bisa menyebabkan kelumpuhan total secara mendadak.” jelas sang perawat.

“Apa–” kalimat Chanyeol terputus saat sang suster dengan segera menjawab.

“Maaf tapi saya sedang sibuk. Anda bisa menanyakannya pada dokter Soyoung."
 
~~~
“Ji Yoon mengalami kecelakaan 2 tahun lalu. Ia menyelamatkan Eomma dari sebuah kecelakaan maut dan ia mendapatkan luka yang parah karena Eomma. Eomma merasa bersalah padanya dan orangtuanya. Eomma tidak tahu harus melakukan apa untuk menebus semuanya. Dokter mengatakan ada cairan yang membeku di otaknya dan jika dilakukan operasi resiko kematiannya jauh lebih besar. Dia gadis yang manis, karena itu Eomma menjodohkanmu dengannya. Ia butuh seseorang yang bisa menjaganya. Mianhae Chanyeol-ah. . . Eomma tidak pernah mengatakan ini padamu” jelas sang Eomma yang sukses membuat jantung namja itu serasa akan copot.
Kaki dan tangan namja itu gemetar. Namja itu ingat saat Ji Yoon selalu tertidur diruang tamu karena menunggunya pulang. Saat Ji Yoon selalu bangun pagi untuk membuatkannya makanan. Dan saat Ji Yoon mengendap-endap masuk ke kamarnya hanya untuk membisikkan kata ‘Selamat Malam’.
~~~
2 Minggu Kemudian

“Ji Yoon-ah! Selamat untuk operasimu yang sukses. Wah, sudah lama sekali kita tidak bertemu.” ucap seorang namja yang tengah berkunjung ke rumah sakit.

“Gomawo Sehunie. Kau juga terlihat semakin dewasa dan tampan” balas Ji Yoon pada sahabatnya saat SMA itu.

“Ehem..” Chanyeol berdehem.

“Ji Yoon-ah, aku membelikan sebuah sweater untukmu. Sekarang sedang musim dingin nanti saat kau sudah diizinkan pulang kau bisa memakai sweater ini.” ucap Sehun sembari memberikan sweater itu pada Ji Yoon.

“Baiklah, aku keluar dulu. Aku ingin bertemu dengan teman-teman yang lain. Kapan-kapan aku akan datang ke rumah kalian berdua bersama istriku. Ji Yoon-ah, cepat sembuh. CHU~” Sehun mengecup kening Ji Yoon sekilas sebelum pergi dari ruangan itu.
“GREB”
Chanyeol merampas sweater pemberian Sehun dan meletakkannya sembarang. Ji Yoon tersentak dan menatap Chanyeol takut.

“Chanyeol, ia sahabatku. Sikapnya padaku memang seperti itu.” lirih Ji Yoon menundukkan kepalanya. Chanyeol duduk di tepi ranjang dan menangkup wajah Ji Yoon dengan kedua tangannya. “Aku akan membersihkan keningmu” ucap Chanyeol kemudian mengecup lembut kening istrinya. Ji Yoon membelalakkan matanya.
“CHU~”
Chanyeol kini beralih menuju bibir mungil Ji Yoon. Melumatnya lembut dan penuh cinta. Ini yang pertama baginya dan Ji Yoon. Tangan kanannya menahan tengkuk Ji Yoon agar yeoja itu tidak melepaskannya. Beberapa saat kemudian hingga mereka melepas tautan bibir mereka dan saling menatap satu sama lain.

“Saranghae…” bisik Chanyeol tepat di telinga Ji Yoon. Ji Yoon membalasnya dengan memeluk Chanyeol erat.

“Kau tidak membalas pernyataan cintaku?” tanya Chanyeol.

“Apa aku perlu menjawabnya? Bukankah kau sudah tau” ucap Ji Yoon masih dalam pelukan Chanyeol. Chanyeol tersenyum mendengar perkataannya istrinya.

“Ji Yoon-ah, mulai sekarang..panggil aku Oppa” lirih Chanyeol yang sukses membuat Ji Yoon menitikkan air mata bahagianya.

“Ne. . . Oppa. . .”


“Hanya karena aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku, bukan berarti aku tidak mencintainya."


 -FIN-

11 komentar:

  1. Ampun ini angst thor pdahal oneshoot tpi udah ngena banget

    BalasHapus
  2. masa sih :D
    padahal menurut author ff ini masih banyak kurangnya, soalnya ini ff saya tulis masih dengan pengalaman yang sedikit dalam tulis menulis, but thanks for comment ^^

    BalasHapus
  3. Beneran nih aku mau nangis baca FF ini T_T

    BalasHapus
  4. ini ff ditulis pas lagi galo jadinya ya gitu :')
    thanks sudah ninggalin jejak say ^^

    BalasHapus
  5. ahh thor sumpah ini ff bikin nae nangis T_T, feel nya dapet banget. ahhh ji yoon kasian bgt thor ampe gk tega. hikss
    aaa saranghaee thorr. ^^

    BalasHapus
  6. nado saranghae readers sayang, hehe ^^

    BalasHapus
  7. Thor ff nya keren bgt thor bikin nangis thor apalagi ff nya pakai bias aku CHANYEOL

    BalasHapus
  8. @sukma hai sukma bias kita samaan dong berarti ^^

    BalasHapus
  9. keren banget thor! ngena bgttt, aku nangis sesegukannn, udah 5x baca nih thor. buat sequelnya thorr hahah. daebakkk dehh, keep it up!

    BalasHapus
  10. sequelnya sudah ada kok, coba tulis di kolom search 'ff thank you' ^^

    BalasHapus

Harap untuk tidak berpromosi di kolom komentar dan berilah komentar dengan bahasa yang santun - Owner