Senin, 01 April 2013

Cause I Love You


Author ::: Riska Junaini
Genre ::: Marriage, Romance, Sad
Lenght ::: Oneshoot
Rate ::: Teen
Cast ::: Choi Seung Hyun & Park Bom

~~~

Menikah adalah hal yang diimpikan setiap manusia,apalagi jika menikah dengan orang yang kita cintai. Sungguh! Itu benar-benar menyenangkan. Tapi bagaimana jika kita menikah dengan seseorang yang tidak kita cintai? Atau karena sebuah keterpaksaan?

Itulah yang kualami. aku merasa aku bukan namja yang beruntung. Orangtuaku menjodohkanku dengan seorang yeoja yang sama sekali tidak aku cintai. Kami dijodohkan karena orangtuaku dan orangtua yeoja itu memiliki sebuah usaha bersama. Nama yeoja itu adalah Park Bom, kuakui ia memang cantik tapi jujur aku sudah mencintai yeoja lain. Rasanya aku ingin menolak ketika appa-ku memaksaku untuk menikah dengan Bom, tapi aku tidak bisa melawan kehendak appa-ku, aku menyayangi orangtuaku karena itu aku tidak ingin mengecewakan mereka. Ya! Aku harus mengorbankan kebahagiaanku demi kedua orangtuaku yang sepertinya tidak peduli dengan perasaanku.

Aku baru saja menyelesaikan aktivitas mandiku. Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang kulilit di pinggang sampai lutut, Bom masih tertidur pulas. Tentu saja, jika Bom sudah bangun dari tidurnya, aku tidak akan bertelanjang dada seperti ini. Entahlah, aku merasa malu jika bertelanjang dada seperti ini di depan yeoja. Aku segera memakai pakaianku, setelah itu aku keluar rumah untuk berolahraga. Aku suka lari pagi seperti ini, membuatku lupa akan hal-hal yang membuatku bosan. Seperti biasa, aku selalu melewati rumah Hyori ketika jogging seperti ini. Hyori adalah mantan kekasihku, ia yeoja yang seksi. Dialah yeoja yang selama ini kucintai, tapi hubungan kami harus berakhir karena pernikahanku dengan Bom. Aku merasa Bom sudah menghancurkan semua rencana indahku dengan Hyori, sungguh! Aku benci mengingat hal ini.

Rumah Hyori tampak sepi, sudah dua hari aku lewat di depan rumahnya, dan rumahnya selalu terlihat sepi. Biasanya, ia selalu menyiram bunga setiap pagi. Aku mulai merasa bosan, aku putuskan untuk kembali ke rumah.

~~~

Aku baru saja bangun dari tidurku dan mendapati Seung Hyun tidak ada di rumah. “Mungkin ia sedang jogging seperti biasa” batinku. Aku membereskan kamar dan rumah, kemudian segera mandi dan memasak makanan untuk suamiku. Aku mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan menuju dapur. Benar saja, ternyata itu Seung Hyun. Ia mengambil minuman di kulkas kemudian meneguknya. “Omona, seksi sekali…” gumamku ketika melihat Seung Hyun meneguk minumannya dengan keringat yang bercucuran di dahinya.

“Um, Seung Hyun-ah. Kajja sarapan”  ucapku gugup. Aku selalu gugup ketika berbicara dengannya. Ia duduk di meja makan kemudian memakan makanan yang telah kusiapkan dengan lahap. “Aku akan ke rumah Jiyong” ucap Seung Hyun sambil melahap makanannya tanpa melihat ke arahku. “Boleh aku ikut?” tanyaku dengan sedikit rasa cemas. “Ne” jawabnya. Aku tersenyum, ternyata ia mengizinkanku untuk ikut dengannya.

Seung Hyun sudah menungguku di mobil, aku mempercepat langkahku kemudian duduk di belakang Seung Hyun, Seung Hyun yang menyetir. Aku tidak berani duduk di sampingnya, aku tau Seung Hyun tidak menyukaiku, jadi aku tidak boleh mengganggunya. Setelah 15 menit perjalanan, kami akhirnya tiba di rumah Jiyong.

“Seung Hyun-ah…” ucap Jiyong girang saat melihat kedatangan kami. Seung Hyun hanya tersenyum. Seung Hyun benar-benar namja yang ‘cool’, mungkin karena itu aku tidak menolak ketika orangtuaku menjodohkanku dengannya. Sebenarnya, sejak pertama melihat Seung Hyun aku sudah jatuh hati padanya, hanya saja aku selalu menutupi perasaanku karena aku takut Seung Hyun akan semakin membenciku ketika mengetahui tentang perasaanku. “annyeong haseyo…” sapa Jiyong padaku sambil membungkuk. Aku tersenyum kemudian membungkuk. “Masuklah, kebetulan Dara memasak makanan yang enak hari ini” ucap Jiyong. “Gomawo Jiyong-ie. Tapi, kami sudah makan” ucap Seung Hyun.

Kami masuk ke dalam rumah keluarga Jiyong. Foto-foto pernikahan Jiyong dan Dara tampak menghiasi dinding-dinding rumah ini. Aku merasa iri, rasanya aku juga ingin memajang foto pernikahanku dengan Seung Hyun, tapi aku takut Seung Hyun marah, jadi aku urungkan niatku. “Kajja makanlah, aku membuat jagung bakar untuk kalian” tawar Dara. “Aku suka jagung” ucapku ceplos.

~~~
 
“Aku suka jagung” ucap Bom ketika melihat Dara membawakan kami jagung bakar. Yeoja ini memang sangat tergila-gila pada jagung, aku tidak tau kenapa itu istimewa menurutnya? Ah entahlah, itu bukan urusanku. Sebenarnya, aku datang ke rumah Jiyong karena ada hal yang ingin aku tanyakan. Aku berjalan ke taman di belakang rumah Jiyong, diikuti dengan Jiyong di belakangku.

“Apa yang ingin kau tanyakan Seung Hyun-ah?” Tanya Jiyong. “Apa kau tau kabar terakhir tentang Hyori?” tanyaku. Bukannya menjawab pertanyaanku, Jiyong malah membulatkan matanya, ia tampak kaget. “Wae?” tanyaku lagi. “Seung Hyun-ah, bukankah kau sudah memiliki istri? Untuk apa kau menanyakan kabar Hyori?” Jiyong tampak tidak suka dengan pertanyaanku. “Aku hanya ingin tau kabarnya saja Jiyong-ie, dan apa kau tau? Sejujurnya, aku masih menyukai Hyori, karena itu aku menanyakan kabarnya” ucap jujur.

“Kau tidak boleh seperti ini Seung Hyun-ah. Kau harus melupakan Hyori dan belajar untuk mencintai Bom. Bom lebih baik dari Hyori, aku yakin itu” ucap Jiyong. “Kau tidak tau rasanya menjadi diriku Jiyong-ie. Bagaimana mungkin aku melupakan Hyori begitu saja, setelah aku berpacaran dengannya selama 3 tahun. Dan aku belum bisa mencintai Bom, menurutku ia tidak menarik” ucapku dengan raut wajah kesalku. Jiyong menepuk bahuku memberi semangat. “Bom mencintaimu, kau akan bahagia dengannya” ucap Jiyong. Aku menepis tangan Jiyong dari bahuku, dan berdecak kesal. “Ia mengganggu hidupku!” ucapku kemudian kembali ke dalam rumah Jiyong.

~~~

“Dara-ah, kau terlihat cantik dengan gaun ini” ucapku saat melihat foto pernikahan Jiyong dan Dara. Hanya ada aku dan Dara di ruang tamu, Jiyong dan Seung Hyun duduk di taman belakang. “Kudengar kau juga sedang hamil, apa itu benar Dara-ah?” tanyaku penasaran. “Ne, baru menginjak 3 bulan” ucap Dara. “Wah, beruntung sekali. Kau akan menjadi seorang ibu” ucapku turut bahagia. Aku benar-benar iri dengan Dara. Dara dan Jiyong menikah sekitar 8 bulan yang lalu, dan kini mereka akan memiliki seorang anak. Sedangkan aku, aku dan Seung Hyun menikah hampir setahun, tapi aku dan Seung Hyun tidak pernah melakukan apapun. Sungguh! Sebenarnya, aku sangat ingin menjadi seorang ibu, ibu bagi anak-anak seorang Choi Seung Hyun. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak berani untuk mengutarakan keinginanku pada Seung Hyun, karena aku takut ia akan marah.

“Dara-ah, aku ke taman belakang sebentar ne?” ucapku, dan dibalas dengan anggukan Dara. Aku berjalan ke taman belakang, aku menghentikan langkahku saat kulihat raut wajah kesal dari Seung Hyun. Samar-samar kudengar pembicaraan mereka.
“Apa kau tau kabar terakhir tentang Hyori?”
“Seung Hyun-ah, bukankah kau sudah memiliki istri? Untuk apa kau menanyakan kabar Hyori?”
“Aku hanya ingin tau kabarnya saja Jiyong-ie, dan apa kau tau? Sejujurnya, aku masih menyukai Hyori, karena itu aku menanyakan kabarnya”
“Kau tidak boleh seperti ini Seung Hyun-ah. Kau harus melupakan Hyori dan belajar untuk mencintai Bom. Bom lebih baik dari Hyori, aku yakin itu”
“Kau tidak tau rasanya menjadi diriku Jiyong-ie. Bagaimana mungkin aku melupakan Hyori begitu saja, setelah aku berpacaran dengannya selama 3 tahun. Dan aku belum bisa mencintai Bom, menurutku ia tidak menarik”
“Bom mencintaimu, kau akan bahagia dengannya”
“Ia mengganggu hidupku!”
Omo, hatiku sakit sekali mendengar perkataan Seung Hyun. Apa ia begitu membenciku? Ia bilang aku tidak menarik, dan aku mengganggu hidupnya. Tuhan, rasanya aku ingin menangis disini, tapi aku tidak ingin orang lain khawatir. Aku berlari keluar dari rumah keluarga jiyong. Aku melangkah pergi entah kemana, aku hanya ingin mencari tempat sepi supaya aku bisa menangis sepuas-puasnya. Aku berhenti dan duduk di kursi di dekat pohon yang rindang. Aku luapkan semua rasa sedihku, aku menangis sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Sudah hampir setahun aku menikah dengannya, tapi ia tidak pernah menyentuhku, dan kini aku tau bahwa ia selama ini mencintai gadis lain. Mengapa perasaannya berbeda denganku? Kenapa aku bisa mencintainya? Tapi, kenapa ia justru membenciku dan menganggapku pengganggu? Tanganku semakin basah karena air mataku terus mengalir karena sedih yang kurasa sangat membuat hatiku sesak.

“Ini tisu untukmu noona” seorang bocah kecil berdiri di hadapanku sambil menyodorkan dua lembar tisu. Aku berusaha tersenyum di depan bocah kecil ini. “Noona jangan menangis, noona kan sudah dewasa” ucap bocah kecil ini. Aku mengelus rambutnya pelan. “Anak yang manis, Gomawo sudah menasehati noona” ucapku sembari tersenyum. “Ne, noona jangan menangis lagi ya” ucapnya lagi. “Ne, noona janji tidak akan menangis seperti ini lagi. Siapa namamu anak manis?” tanyaku pada bocah laki-laki ini. “Seungri…” jawabnya dengan ekspresi polosnya. “Kau sangat menggemaskan, eomma-mu pasti bangga memiliki putra setampan dirimu” ucapku sambil mencubit pipi Seungri gemas.

~~~

“Dimana Bom?” tanyaku pada Dara yang sedang memasak sup di dapur. “Tadi ia menyusulmu ke taman belakang” ucap Dara. “Menyusulku? Tapi, aku tidak melihatnya”ucapku bingung. Aku berjalan ke ruang keluarga Jiyong, tapi aku tidak menemukan Bom disana. Aku berjalan ke arah mobilku, Bom juga tidak ada disana. Aku mengambil ponselku, dan menelfonnya.
“Yeoboseyo...”
“…”
“Kau dimana?”
“Aku di taman tempat anak-anak bermain”
“Pulanglah ke rumah Jiyong, aku akan menunggumu disini, setelah itu kita pulang”
“Ne, Aku…”
“tuuuutt tuuuuttt”
Aku segera mematikan ponselku. Lihatlah, yeoja ini membuatku khawatir saja. Pergi tanpa memberi tahuku.

~~~

Seung Hyun menyuruhku untuk segera pulang. “Noona pulang dulu ya Seungri-ah” ucapku sambil kembali mencubit gemas pipi Seungri. Bocah kecil itu melambaikan tangannya sambil tersenyum. Aku mulai melangkahkan kakiku menuju rumah Jiyong. Saat aku merogoh tasku, aku baru teringat ponselku tertinggal di taman, aku lupa memasukkannya ke dalam tasku. Aku berputar ke arah belakang, tapi aku mendapati Seungri tengah mencoba untuk menyeberang jalan sambil membawa ponselku. Dari arah lain, ada mobil yang tengah melaju kencang, tanpa berpikir panjang, aku segera berlari untuk menyelamatkan nyawa Seungri.
‘Braaaakkkkkkkkkkk’

~~~

“Ginjal kirinya rusak karena luka parah di pinggulnya, jika ada bantuan donor ginjal itu akan sangat membantunya, jika tidak ada maka ia akan lumpuh dan system kerja tubuhnya akan terganggu” ucap dokter Kim yang sedang berusaha menangani Bom. Bom mengalami kecelakaan karena menyelamatkan seorang anak kecil.
“Aku bisa mendonorkan satu ginjalku untuknya dok” ucapku. Entah kenapa aku bersikap bodoh seperti ini? Aku tidak tau, hatiku yang memaksaku untuk melakukan ini. Aku segera masuk ke ruang operasi untuk menjalani operasi donor ginjal ini. Yang ada di pikiranku saat ini hanyalah keselamatan Bom, aku tidak ingin ia menderita. Kurasa, aku mulai mengakui bahwa aku tidak ingin Bom terluka, sungguh! Aku sakit melihatnya terbaring dengan alat-alat yang menempel di tubuhnya.

“Dok, kau harus menyelamatkan istriku. Aku mencintainya” ucapku. Tanpa sadar, air mata mengucur dari sudut mataku. “Tuhan, aku pasrahkan seluruhnya padamu. Tolong selamatkan Bom-ie, aku belum sempat membahagiakannya. Beri aku kesempatan untuk membuatnya tersenyum” doaku dalam hati sebelum menjalani operasi ini.

-skip-

Jiyong, Dara, Eomma, Appa, Eommanim dan Appanim datang ke rumah sakit. “Mianhae Eomma, aku tidak bisa menjaganya selama ini. aku bukan suami yang baik” ucapku penuh sesal pada eommaku. Eomma memelukku erat. “Masuklah, kau bisa menemuinya sekarang” ucap dokter Kim. Aku duduk di tepi ranjang tempat Bom dirawat, alat bantu pernafasan masih terpasang di hidungnya. Ternyata ia sudah sadar, ia menatapku kemudian tersenyum. aku menggenggam tangan kanannya erat, sangat erat. Kutatap matanya dalam, ya! Aku bisa melihatnya, aku menyadari betapa Bom mencintaiku selama ini. “Seung… Hyun…” ucapnya sangat lirih. “Ne chagiya…” balasku dengan memanggilnya chagi, Bom tampak kaget. “Kau, Kau memanggilku chagi?” ucapnya terbata-bata. “Memangnya kenapa? Kau kan istriku” ucapku lagi. Kutatap mata sendu Bom semakin dalam. “Kenapa kau melakukan ini untukku? Kenapa kau rela memberi satu ginjalmu untukku?” Tanya Bom, bisa kurasakan ia mengeratkan genggamannya di tangan kananku. “Karena aku mencintaimu Bom-ie…” ucapku sambil mengecup keningnya. Ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca karena bahagia mendengar pengakuanku.


-FIN-

2 komentar:

  1. singkat skaleee... huuhuu v.v
    dasar bingu napeun namja ><

    BalasHapus
  2. hehe.. author rada males soalnya =D
    iyak.. kasian atuh si bom -u-

    BalasHapus

Harap untuk tidak berpromosi di kolom komentar dan berilah komentar dengan bahasa yang santun - Owner